Rabu, 22 Oktober 2014

TAFSIRAN ROMA 8:31-39



DAFTAR ISI
Daftar isi
Bab 1. Pendahuluan...........................................................................................2
Bab 2. Pembahasan
I.              Allah yang memihak kepada umat-Nya....................................................3
I.1.    Siapakah yang akan Melawan?........................................................3-4
I.2.    Tidak Menyayangkan Anak-Nya......................................................4-5
II.      Siapakah yang Menggugat dan Memisahkan Kita dari Kasih Kristus?........5-9
III.    Kasih yang Berasal dari Allah...................................................................9
III.1. Lebih dari Pemenang.......................................................................9-10
III.2. Tanpa Halangan..............................................................................10-11
Kesimpulan..........................................................................................................12
Daftar Pustaka






BAB I
PENDAHULUAN
            Roma 8 bisa dikatakan puncak surat Roma sampai kini. Secara khusus, bagian ini menjawab pertanyaan dalam pasal 7:24: siapakah yang akan melepaskan aku..? Pembebasnya adalah Roh (kata yang sampai sekarang hanya muncul sebanyak lima kali dari 29 kali dalam bab ini saja), yang tidak lain adalah kekuatan dari Kristus, yang bangkit dan hadir dari dunia. Roh ini memberikan vasilitas yang tidak pernah dapat diberikan oleh hukum Musa. Ayat 31-39 ini menyajikan kesimpulan dari pasal 8:31-38, bahkan dari keempat pasal terakhir (5-8) dalam keseluruhannya. Ayat 31 kesimpulan itu berupa pertanyaan singkat; dalam ayat 39 Paulus mengulangnya berupa penegasan. Ayat 32 menguraikan bahwa “Allahdi pihak kita”, ayat 33-34 menunjukkan perlawanan terhadap kita, 35-38 menyebut siapa “yang akan melawan kita”. Gaya bahasa dalam bagian ini begitu hidup, sehingga ada penafsir yang menduga bahwa di sini kita menemukan gaya yang dipakai oleh Paulus dalam khotbah di depan jemaat.
            Kita dapat mencatat lagi bahwa pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan dalam perikop ini lain sifatnya dari yang telah kita temukan dalam 3:1-8; 3:31; 6:1, 15; 7:7,13. Di situ pertanyaan datang dari pihak lawan Paulus, yang adalah lawan Injil, dan bernada mengancam dan mendesak. Di sini pertanyaan-pertanyaan diajukan oleh pemberita Injil, yaitu Paulus sendiri, dan seakan-akan menantang lawan tersebut dengan keyakinan bahwa lawan itu telah dikalahkan.[1]



BAB II : PEMBAHASAN
I.                  Allah Yang Memihak Kepada Umat-Nya (ay. 31-32)
Paulus dalam hal ini ingin menunjukkan bagaimana Tuhan bekerja bagi orang-orang yang percaya kepada-Nya. Sehingga Paulus menuliskan pertanyaan-pertanyaan pada ay.31 khususnya, yang jawabnya “tidak ada”.
I.1. Siapakah Yang Akan Melawan? (ay.31)
Jika kita perhatikan ayat 31 merupakan beberapa pertanyaan yang di buat oleh Rasul Paulus dalam  kitab Roma yang berhubungan dengan iman mereka. Juga kita perhatikan pada ayat 31 ini merupakan pertanyaan yang retoris, yang hanya dapat di jawab “tidak ada”. Dalam ayat ini (31) menyatakan bahwa Allah ‘di pihak’, Yunani huper, . Perkataan huper itu muncul dengan arti yang sama dalam Markus 9:40; demikian juga dalam Rom. 5:7. Maka huper itu mengungkapkan dengan singkat apa yang dinyatakan dalam ayat 28,[2] bahwa Allah mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia.
Jika kita perhatikan pertanyaan terakhir dari ay. 31, berarti ingin menyatakan bahwa sebanyak apa pun musuh kita atau walau pun mereka berlapis-lapis dan tangguh-tangguh ingin menyerang kita, merka tidak akan mampu melawan karena Tuhan ada di pihak kita. Menurut John R.W. Stott tentang pertanyaan yang di buat oleh Paulus adalah,
But paul does not ask this naive question. the essence of this question in contained in the "if" clause: ‘If [rather, ‘since’] God is for us, who can be against us?’ Paul is not saying that the claim ‘God is for us’ can be made by everybody. In fact, perhaps the most terrible words which human ears could ever hear are those which God uttered many times in the Old Testament: ‘ “I am against you.” Declares the Lord.’ this being so, who can be against us? to that question there is no answer. all the powers of hell may set themselves together against us. but they can never prevail, since God is on our side.” [3]
I.2. Tidak Menyayangkan Anak-Nya (ay. 32)
            Pada ayat 32 menyatakan adanya kepastian keselamatan yang akan datang (ayat 17-18,29-30) didasarkan pada perbuatan Allah yang menentukan itu, yaitu penyerahan Anak-Nya (bnd. 3:25). Di dalamnya, yakni dalam kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, tercantum segala sesuatu yang disebut dalam pasal 8:1-30. Maka penyerahan itu merupakan jaminan bahwa segala sesuatu akan diberikan pula kepada kita. Jika kita lihat pendapat Douglas J. Moo tentang hal ini bahwa:
“the lack of connecting conjunction between this verse and V.31 is the typical of this paragraph, lending it a solemn and elevated style. but the implicit connection is with "for us": God being "for us" has its deepest demonstration that should leave us in no doubt about is commitment to be "for us" right up to, and including, the end.”[4]
William Barclay menyatakan, ini merupakan salah satu nats yang paling puitis yang pernah di tulis oleh Paulus. Dalam ayat 32, ia menulis suatu sindiran bagi setiap orang Yahudi yang mengenal perjanjian Lama dengan baik. Paulus berkata; Allah, demi kepentingan kita tidak menyayangkan AnakNya sendiri; dan itu adalah jaminan bahwa Ia megasihi kita dan akan mencukupkan segala kebutuhan kita.[5]
Jika kita perhatikan pada ayat 32, banyak para ahli seperti William B, John Stott, Van den End, Tremper Longman III dan David E. Garland, dll, menyatakan bahwa Paulus di sini memakai kata-kata yang mengarahkan perhatian pembaca ke nas Kejadian 22:16. Di situ mengenai Abraham pun dikatakan bahwa ia “tidak menyayangkan anaknya sendiri”, sehingga ia akan menyerahkannnya pada Tuhan. Penyerahan Kristus bagi kita bukan suatu yang abstrak, melainkan tindakan seorang bapak, tindakan Allah Bapa, yang menyayat hati. Dari situ kita dapat mangatakan bahwa besaarnya kasih Allah bagi kita. Juga dapat kita perhatikan bahwa Paulus memakai persamaan ini untuk menekankan kasih Bapak dan ketaatan Anak.
II.      Siapakah Yang Menggugat dan Memisahkan Kita dari Kasih Kristus (ay.33-36)
Pada ayat 33-34 kita dapat memperhatikan tanda baca, dalam kedua ayat ini kita menghadapi masalah yang berhubungan dengan tanda-tanda baca. Jika kita perhatikan yang muncul dalam kalimat berikutnya bukan jawaban, melainkan pertanyaan baru. Sama seperti dalam ayat 31b, pertanyaan itu diawali dengan pernyataan yang tegas: Allahlah yang membenarkan.
Kita dapat menerimanya sebagai dua pernyataan sebagai berikut: pertama, Allah membebaskan manusia, itulah yang pertama. Jika demikian, siapakah yang akan menggugat mereka? Jika manusia dibebaskan oleh Allah, maka ia juga dibebaskan dari segala gugatan. Kedua, Iman kita da di dalam Kristus yang mati dan bangkit kembali dan yang hidup selama-lamanya. Jika demikian, adakah sesuatu di dalam dunia ini atau sesuatu dari dunia lain yang dapat memisahkan kita dari Tuhan kita yang telah bangkit itu?[6]
Maka dengan demikian muncullah dua kebenaran yang besar. (a) Allah yang membebaskan kita . oleh karena itu tak ada seorang pun yang dapat mempersalahkan kita. (b) Kristus telah bangkit; oleh karena itu tidak ada sesuatu pun yang dapat memisahkan kita dari Dia.
Kita perhatikan dasar keyakinan yang telah diungkapkan dalam kedua pertanyaan yang sebenarnya bukan pertanyaan itu. Dasar itu ialah Yesus Kristus. Siapakah Dia dinyatakan dalam tiga sebutan singkat: yang telah mati, yang telah bangkit (yang memang lebih besar, karena berkat kebangkitan itu kita dapat memetik buah atas pengorbanan-Nya), yang juga duduk di sebelah kanan Allah. Paulus mengemukakan sesuatu yang mengherankan. Ia mengatakan empat hal mengenai Yesus yaitu, Ia telah mati, Ia telah bangkit kembali, Ia duduk di sebelah kanan Allah, dan Ia menjadi pembela kita di sana. Kata-kata terakhir ini, yang bagi kita sudah sangat akrab karena tampilnya dalam pengakuan Iman Rasuli., merupakan kutipan dari Mazmur 110:1. Dengan Yesus dinyatakan sebagai Raja Mesias. Kata-kata “di sebelah kanan” tidak menunjukkan tempat tubuh Yesus Kristus, akan tetapi kuasa-Nya yang agung.[7]
Ada jalan lain untuk menguraikan pertanyaan yang dibuat oleh paulus. Allah telah membebaskan kita, lalu siapa yang dapat menggugat kita? Jawabnya ialah Hakim bagi seluruh umat manusia, yaitu Yesus Kristus. Ialah satu-satunya yang mempunyai hak untuk menggugat, tetapi bukan itu yang Ia lakukan, Ia duduk di sebelah kanan Allah membela kita, dan oleh karenanya kita selamat.
Saya kira uraian yang kedua ini benar. Dengan satu lompatan pemikiran yang berani Paulus melihat Kristus, tidak sebagai Hakim, melainkan sebagai Dia yang mengasihi jiwa manusia.
Kemudian kita perhatikan ayat 35, dalam ayat-ayat sebelumnya Paulus telah mengucapkan keyakinan bahwa Kristus pembela bagi kita pada Allah. “Siapa” yang dimaksud  dalam pembukaan kalimat ini  yaitu  setiap lawan, apakah pribadi atau tidak.[8] Hal yang ingin ditunjukkan paulus dalam ayat sebelumnya dan ayat ini (35) ialah, halangan-halangan atau kesusahan besar tidak dapat memisahkan kita dari Kristus. Kata “memisahakan” dalam bahasa Yunani “χωρισει, fut. Χωρίζω”. Melalui kalimat yang dituliskan oleh rasul Paulus, dia ingin menyatakan bahwa tidak akan ada yang dapat memberi pemisah antara manusia dengan kasih Yesus Kristus. Karena dalam ayat sebelumnya, melalui kematian-Nya di kayu salib Dia membela kita dan itu merupakan bukti kasih yang sangat luar biasa yang diberikan Yesus.
Oleh karena itu Paulus menunjukkan beberapa halangan-halangan yang membuat manusia sangat sulit untuk meresponi kasih Yesus dan ingin menunjukkan walaupun halangan itu ada tapi tidak dapat memisahkan manusia dari kasih Kristus. Halangan-halangan tersebut ialah: penindasan, kesesakan, penganiayaan, ketelanjangan, kelaparan atau bahaya pedang. Kita dapat melihat pandangan atau tanggapan para ahli dalam hal ini. Mereka mengatakan: “Dalam gairah kepercayaan Paulus menentang segala yang mungkin dapat menjadi penghalang. Ada kelompok penentang yaitu, menyebut penderitaan-penderitaan sementara, yang biasa dialami oleh merekayang mengaku Kristus, yang menderita bersama Dia dan akan mendapat kemuliaan bersama Dia juga”.[9] Penderitan-penderitaan ini memang ada, seperti diketahui oleh Paulus sendiri (bnd. 16:4; 1 Kor. 4:11).
Pertama sekali disebut ialah penindasan, Yunani thlipsis (θλῐψις). Dari ketujuh istilahnya, yang ini yang paling sering muncul dalam Perjanjian Baru dan paling luas artinya. Kita juga menemukannya pula dalam Perjanjian Lama (terjemahan Yunani) dalam hubungan penderitaan umat Israel.[10] Kemudian menyusul yang kedua, kata kesesakan. Perbedaan dengan penindasan tidak begitu jelas. Ada yang mengartikan yang pertama itu sebagai tekanan dari luar, sedangkan ‘kesesakan’ adalah tekanan batin yang menjadi akibatnya. Kesesakan itu pun dapat menjadi pencobaan, sebab mencegah tetap percaya pada janji Allah, sehingga cenderung menyarah. Calvin menyebut contoh Abraham dalam Kejadian 12:10-20.[11] Ketiga ialah penganiayaan. Rasul Paulus dalam hal ini ingin menunjukkan penganiayaan pun tidak dapat memisahkan kita dari kasih Kristus. Hal ini dikatakan Paulus karena dia telah mengalami penganiayaan tersebut (2 Kor. 11: 24), berkali-kali mengalami penganiayaan dari pihat musuh mereka, seperti yang dikisahkan dalam kitab Kisah Rasul.
Ketiga penderitaan berikutnya, kelaparan, ketelanjangan, bahaya, menandakan keadaan umum orang Kristen yang menjadi akibat penganiayaan. Akibat dari ketelanjangan yang ke tiga ini menunjukkan bahwa orang Kristen kehilangan miliknya, bahakan barang yang menjadi kebutuhan pokoknya, seperti makanan dan pakaian. “Ketelanjangan” ini meunjukkan bahwa barang atau pun bahan untuk membuat pakaian direbut oleh orang-orang yang membenci orang-orang  Kristen. “Bahaya” merupakan suatu ancaman yang datang untuk menghancurkan suatu pribadi atau yang lain. Ini jugalah yang dialami oleh orang-orang Kristen, mereka sering dihantui oleh ancaman-ancaman dari sekitar mereka yang menginginkan kehancuran mereka. Walau pun demikian melihat dari kehidupan orang Kristen, mereka tetap berjuang untuk tetap bertahan dari bahaya atau ancaman.
Bagian terakhir yang menjadi halangan yang dituliskan oleh Paulus yaitu Pedang, ini mengacu pada penganiayaan tertinggi dan terakhir, yaitu pembunuhan atas diri orang Kristen. Kita menemukan pula dalam Ibrani 11:37. Menurut tradisi, Paulus sendiri mati ‘oleh pedang’, karena kepalanya dipenggal sekitar tahun 64 M.[12] Semua hal yang dituliskan oleh Paulus tersebut sudah dialami oleh Paulus selama dia hidup dan menjadi orang Kristen yang benar-benar mengikut Yesus.
Kemudian kita perhatikan ayat 36, ini merupakan kutipan yang di ambil dari Perjanjian Lama yaitu dari Mazmur 44:23. Kalimat ini menunjukkan keadaan orang Kristen yang mengalami pencobaan, ini juga menunjukkan betapa dalamnya Paulus ingin mengatakan atau mempertegas kepada Jemaat di Roma bahwa sejak Perjanjian Lama kehidupan orang-orang yang mengikut pada kebenaran, contoh seperti umat pilihan Allah juga mengalami hal-hal seperti yang tertulis di atas.
Menurut Douglas J. Moo: “This verse is something of an interruption in the flow of thought, and one that is typical for Paul. for he is constantly concerned to show that the sufferings experienced by Christian should occasion no surprise (see a similar interruption in Phil.1:9). here Paul cites Ps.44:22 (LXX 43:22) to show, as Calvin puts it, that "it is no new thing for the Lord to permit his saints to be undeservedly exposed to the cruelty of the ungodly”.[13]

III.           Kasih yang Berasal dari Allah. (ay.37-39)
Berikut ini merupakan penegasan yang di tuliskan oleh Paulus bahwa apapun yang ada di bumi dan yang ada di langit tidak akan dapat memisahkan ataupu yang menjadi penghalang antara ciptaan dengan Allah, dengan demikian kematian Yesuslah yang menjadi bukti.
III.1.    Lebih dari Pemenang (ay.37)
            Kalimat pada ayat 7a menyatakan “Tetapi dalam semuanya itu kita lebih daripada orang-orang yang menang”. Jika kita perhatikan empat kata pertama, ingin menunjukkan semua hal yang telah di tuliskan oleh Paulus pada ayat sebelumnya, yaitu penderitaan-penderitaan yang dihadapi oleh umat Kristen. Dikatakan lagi “kita lebih....yang menang”, berarti adanya suatu keunggulan atau status yang tinggi. Jika kita perhatikan dengan teliti kalimat ini, maka kita akan melihat suatu hal yang bisa dikataka “di atasnya yang paling tinggi”. Maksudnya di situ adalah jika kita menggunakan angka 1-5 dan angka merupakan angka yang paling tinggi, oleh karena suatu hal yang khusus maka di atas angka 5 itu masih ada. Demikianlah yang ingin dikatakn dalam kalimat ini, adanya kekhususan yang dimiliki oleh orang yang percaya. Jika kita pikirkan yang dikatakan lebih daripada orang-orang yang menang, itu merupakan suatu hal yang sangat khusus, karena jika sudah menang, ya menang tidak ada lagi di atasnya, akan tetapi dalam hal ini paulus ingin mengatakan bahwa orang-orang percaya itu memang memiliki kekhususan.
            Kata “menang” berasal dari kata ύπερνικῶμεν, pres, act. dalam bahasa Latin: Super.  Hal ini hanya akan diperoleh karena Allah yang mengasihi kita, yang ditunjukkan melalui kematian Yesus Kristus. Kemenangan yang diperoleh bukanlah karena manusia itu sendiri, namun dalam hal ini Paulus menunjukkan bahwa kemenangan itu hanya dari Allah saja secara cuma-cuma melalui Yesus saja yaitu kemenangan melalui kebangkitan-Nya.
III.2.    Tanpa Halangan (ay. 38-39)
Van den End melihat ayat 38, adanya perubahan dalam hal oknum yaitu dai kata ‘kita’ menjadi ‘aku’, seakan-akan ia mengikirkan imannya sendiri.[14] Paulus menunjukkan keyakinannya sebagai orang yang percaya, bahwa apa pun yang ada di langit, di bumi dan di bawah tanah tidak akan ada yang sanggup untuk menghalangi kasih yang diberikan Allah kepada manusia. Ayat 38-39b, Paulus memberikan beberapa yang menjadi penghalang-penghalang sekali pun itu tidak dapat menghalangi kasih tersebut.
a.       Maut, ini merupakan kematian yang kekal atau dengan perkataan lain adalah kebinasaan dan tak seorang pun dapat keluar dari dalamnya (bnd. 6:23),
b.      Hidup, ini merujuk pada kehidupan manusia di bumi,
c.       Malaikat-malaikat, bisa dikatakan sebagai hamba yang setia dan melayani Tuhan dalam kerajaan-Nya,
d.      Pemerintah-pemerintah, yang merupakan penguasa di suatu daerah tertentu atau yang memerintah di suatu daerah,
e.       Kuasa-kuasa, yang ingin dikatakan dalam hal ini adalah kuasa-kuasa yang berada di luar Kristus, baik yang di atas maupun di bawah,
f.       Makhluk lain, ini bisa dikatakan makhluk jahat yang terdapat dalam berbagai macam bentuk atau apapun itu yang termasuk jajaran ‘makhluk’ tambahan di seluruh dunia ini.
Itulah macam-macam penghalang tersebut walaupun tidak dapat menghalangi kasih Allah. Paulus sengaja menunjukkan penghalang yang besar supaya orang yang membaca dan melihatnya tidak takut, sehingga mereka juga memiliki keyakinan Iman seperti yang dimiliki oleh Paulus. Perlu juga kita perhatikan mengapa Paulus menuliskan ‘hidup’, kalau ‘maut’ wajarlah membenci orang-orang yang percaya. Mungkin dia ingin mengatakan hal demikian yaitu mencakup kehidupan kita di dunia, atau bisa juga diartikan sebagai kehidupan dalam daging (ay.8).
Semua ancaman tersebut tidak dapat memisahkan kita dari kasih Allah. Melalui pemahaman yang kita miliki bahwa kasih Kristuslah yang sering atau dalam kita pahami. Namun yang perlu dan sanga penting kita perhatikan adalah ini merupakan suatu hal yang sempurna. Kenapa? Karena dalam hal ini Allah menunjukkan kasih-Nya dan itu ditunjukkan dalam Kristus Yesus yang mengasihi kita samapai pada kayu salib.kasih Allah sungguh-sungguh menyatakan diri-Nya dan kasih-Nya kepada semua orang-orang berdosa dan orang yang percaya dalam nama-Nya. Jika memahami hal ini tujuan dan maksudnya sangat dalam, bagaimana Allah bekerja dalam hidup manusia.


KESIMPULAN
            Paulus ingin supaya orang-orang yang percaya pada Yesus Kristus yang adalah Allah, yang menunjukkan kasih dan tidak takut, bimbang atau ragu dalam Iman yang dimiliki, karena apa pun yang menjadi ancaman tidak dapat memisahkan kita dari kasih Allah melalui Yesus Kristus atau dengan perkataan lain Allah yang bekerja dalam diri setipa orang yang percaya. Ayat 31-39 ini menunjukkan makna paling dalam, secara khusus kita lihat ‘dalam Yesus Kristus’. Yesus adalah tempat kasih Allah untuk menyatakan diri-Nya.













DAFTAR PUSTAKA

Barclay, William.
            2011. Pemahaman Alkitab Setiap Hari, Jakarta:Gunung Mulia
Dr.Th. Van den End.
            2010. Tafsiran Surat Roma Jakarta: Gunung MUlia.
Guthrie. Donald.
            1974. Tafsiran Alkitab Masa kini, Jakarta: Yayasan komunikasi Bina Kasih.
Stott. R.W. John.
1994. The Message Of Romans, England: Inter-Varsity Press.
Moo J. Douglas.
1996. The Epistle Of The Romans, Cambridge: Grand Rapids, Michigan.



[1] Dr. Th. Van den End, Tafsiran Surat Roma (Jakarta: Gunung Mulia, 2010), Hal. 462
[2] Ibid. Hal. 463
[3] John R.W. Stott, The Message Of Romans. (Inter-Varsity Press,1994) Hal. 254
[4] Douglas J. Moo, The Epistle Of The Romans. (Cambridge: Grand Rapids, Michigan, 1996), hal 539
[5] William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari. (Jakarta:Gunung Mulia, 2011), Hal. 175
[6] Ibid. William Barclay, hal 176
[7] Opcit. Dr. Van den End. Hal. 469
[8] Opcit. Douglas J. Moo. Hal. 543
[9] Donald Guthrie,Tafsiran Alkitab Masa Kini(Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih,1974) Hal. 444
[10] Opcit. Van den End, Hal 471
[11] Ibid. Van den End, hal 472
[12] Ibid. Van den End, hal 472
[13] Opcit. Douglas J. Moo, hal. 544
[14] Opcit. Van den End, hal 475

Tidak ada komentar:

Posting Komentar