DAFTAR ISI
Daftar isi
Bab 1. Pendahuluan...........................................................................................2
Bab 2. Pembahasan
I.
Allah yang memihak kepada umat-Nya....................................................3
I.1. Siapakah yang akan
Melawan?........................................................3-4
I.2. Tidak Menyayangkan
Anak-Nya......................................................4-5
II. Siapakah
yang Menggugat dan Memisahkan Kita dari Kasih Kristus?........5-9
III.
Kasih yang Berasal dari Allah...................................................................9
III.1. Lebih dari
Pemenang.......................................................................9-10
III.2. Tanpa
Halangan..............................................................................10-11
Kesimpulan..........................................................................................................12
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Roma 8 bisa dikatakan puncak surat
Roma sampai kini. Secara khusus, bagian ini menjawab pertanyaan dalam pasal
7:24: siapakah yang akan melepaskan aku..?
Pembebasnya adalah Roh (kata yang sampai sekarang hanya muncul sebanyak lima
kali dari 29 kali dalam bab ini saja), yang tidak lain adalah kekuatan dari
Kristus, yang bangkit dan hadir dari dunia. Roh ini memberikan vasilitas yang
tidak pernah dapat diberikan oleh hukum Musa. Ayat 31-39 ini menyajikan
kesimpulan dari pasal 8:31-38, bahkan dari keempat pasal terakhir (5-8) dalam
keseluruhannya. Ayat 31 kesimpulan itu berupa pertanyaan singkat; dalam ayat 39
Paulus mengulangnya berupa penegasan. Ayat 32 menguraikan bahwa “Allahdi pihak
kita”, ayat 33-34 menunjukkan perlawanan terhadap kita, 35-38 menyebut siapa
“yang akan melawan kita”. Gaya bahasa dalam bagian ini begitu hidup, sehingga
ada penafsir yang menduga bahwa di sini kita menemukan gaya yang dipakai oleh
Paulus dalam khotbah di depan jemaat.
Kita dapat mencatat lagi bahwa pertanyaan-pertanyaan
yang di ajukan dalam perikop ini lain sifatnya dari yang telah kita temukan
dalam 3:1-8; 3:31; 6:1, 15; 7:7,13. Di situ pertanyaan datang dari pihak lawan
Paulus, yang adalah lawan Injil, dan bernada mengancam dan mendesak. Di sini pertanyaan-pertanyaan
diajukan oleh pemberita Injil, yaitu Paulus sendiri, dan seakan-akan menantang
lawan tersebut dengan keyakinan bahwa lawan itu telah dikalahkan.[1]
BAB II : PEMBAHASAN
I.
Allah
Yang Memihak Kepada Umat-Nya (ay. 31-32)
Paulus dalam hal
ini ingin menunjukkan bagaimana Tuhan bekerja bagi orang-orang yang percaya
kepada-Nya. Sehingga Paulus menuliskan pertanyaan-pertanyaan pada ay.31
khususnya, yang jawabnya “tidak ada”.
I.1. Siapakah Yang Akan Melawan?
(ay.31)
Jika
kita perhatikan ayat 31 merupakan beberapa pertanyaan yang di buat oleh Rasul
Paulus dalam kitab Roma yang berhubungan
dengan iman mereka. Juga kita perhatikan pada ayat 31 ini merupakan pertanyaan
yang retoris, yang hanya dapat di jawab “tidak ada”. Dalam ayat ini (31)
menyatakan bahwa Allah ‘di pihak’, Yunani huper,
. Perkataan huper itu muncul
dengan arti yang sama dalam Markus 9:40; demikian juga dalam Rom. 5:7. Maka huper itu mengungkapkan dengan singkat
apa yang dinyatakan dalam ayat 28,[2]
bahwa Allah mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia.
Jika
kita perhatikan pertanyaan terakhir dari ay. 31, berarti ingin menyatakan bahwa
sebanyak apa pun musuh kita atau walau pun mereka berlapis-lapis dan
tangguh-tangguh ingin menyerang kita, merka tidak akan mampu melawan karena
Tuhan ada di pihak kita. Menurut John R.W. Stott tentang pertanyaan yang di
buat oleh Paulus adalah,
“But paul does not ask this naive question.
the essence of this question in contained in the "if" clause: ‘If
[rather, ‘since’] God is for us, who can be against us?’ Paul is not saying
that the claim ‘God is for us’ can be made by everybody. In fact, perhaps the
most terrible words which human ears could ever hear are those which God
uttered many times in the Old Testament: ‘ “I am against you.” Declares the
Lord.’ this being so, who can be against us? to that question there is no
answer. all the powers of hell may set themselves together against us. but they
can never prevail, since God is on our side.” [3]
I.2. Tidak Menyayangkan Anak-Nya
(ay. 32)
Pada ayat 32 menyatakan adanya
kepastian keselamatan yang akan datang
(ayat 17-18,29-30) didasarkan pada perbuatan Allah yang menentukan itu, yaitu
penyerahan Anak-Nya (bnd. 3:25). Di dalamnya, yakni dalam kematian dan
kebangkitan Yesus Kristus, tercantum segala sesuatu yang disebut dalam pasal
8:1-30. Maka penyerahan itu merupakan jaminan bahwa segala sesuatu akan
diberikan pula kepada kita. Jika kita lihat pendapat Douglas J. Moo tentang hal
ini bahwa:
“the lack of connecting
conjunction between this verse and V.31 is the typical of this paragraph,
lending it a solemn and elevated style. but the implicit connection is with
"for us": God being "for us" has its deepest demonstration
that should leave us in no doubt about is commitment to be "for us"
right up to, and including, the end.”[4]
William
Barclay menyatakan, ini merupakan salah satu nats yang paling puitis yang
pernah di tulis oleh Paulus. Dalam ayat 32, ia menulis suatu sindiran bagi
setiap orang Yahudi yang mengenal perjanjian Lama dengan baik. Paulus berkata;
Allah, demi kepentingan kita tidak menyayangkan AnakNya sendiri; dan itu adalah
jaminan bahwa Ia megasihi kita dan akan mencukupkan segala kebutuhan kita.[5]
Jika
kita perhatikan pada ayat 32, banyak para ahli seperti William B, John Stott,
Van den End, Tremper Longman III dan David E. Garland, dll, menyatakan bahwa
Paulus di sini memakai kata-kata yang mengarahkan perhatian pembaca ke nas
Kejadian 22:16. Di situ mengenai Abraham pun dikatakan bahwa ia “tidak
menyayangkan anaknya sendiri”, sehingga ia akan menyerahkannnya pada Tuhan.
Penyerahan Kristus bagi kita bukan suatu yang abstrak, melainkan tindakan
seorang bapak, tindakan Allah Bapa, yang menyayat hati. Dari situ kita dapat
mangatakan bahwa besaarnya kasih Allah bagi kita. Juga dapat kita perhatikan
bahwa Paulus memakai persamaan ini untuk menekankan kasih Bapak dan ketaatan
Anak.
II.
Siapakah
Yang Menggugat dan Memisahkan Kita dari Kasih Kristus (ay.33-36)
Pada
ayat 33-34 kita dapat memperhatikan tanda baca, dalam kedua ayat ini kita
menghadapi masalah yang berhubungan dengan tanda-tanda baca. Jika kita
perhatikan yang muncul dalam kalimat berikutnya bukan jawaban, melainkan
pertanyaan baru. Sama seperti dalam ayat 31b, pertanyaan itu diawali dengan
pernyataan yang tegas: Allahlah yang
membenarkan.
Kita
dapat menerimanya sebagai dua pernyataan sebagai berikut: pertama, Allah
membebaskan manusia, itulah yang pertama. Jika demikian, siapakah yang akan
menggugat mereka? Jika manusia dibebaskan oleh Allah, maka ia juga dibebaskan
dari segala gugatan. Kedua, Iman kita da di dalam Kristus yang mati dan bangkit
kembali dan yang hidup selama-lamanya. Jika demikian, adakah sesuatu di dalam
dunia ini atau sesuatu dari dunia lain yang dapat memisahkan kita dari Tuhan
kita yang telah bangkit itu?[6]
Maka
dengan demikian muncullah dua kebenaran yang besar. (a) Allah yang membebaskan
kita . oleh karena itu tak ada seorang pun yang dapat mempersalahkan kita. (b)
Kristus telah bangkit; oleh karena itu tidak ada sesuatu pun yang dapat
memisahkan kita dari Dia.
Kita
perhatikan dasar keyakinan yang telah diungkapkan dalam kedua pertanyaan yang
sebenarnya bukan pertanyaan itu. Dasar itu ialah Yesus Kristus. Siapakah Dia
dinyatakan dalam tiga sebutan singkat: yang
telah mati, yang telah bangkit (yang memang lebih besar, karena berkat
kebangkitan itu kita dapat memetik buah atas pengorbanan-Nya), yang juga duduk di sebelah kanan Allah.
Paulus mengemukakan sesuatu yang mengherankan. Ia mengatakan empat hal mengenai
Yesus yaitu, Ia telah mati, Ia telah bangkit kembali, Ia duduk di sebelah kanan
Allah, dan Ia menjadi pembela kita di sana. Kata-kata terakhir ini, yang bagi
kita sudah sangat akrab karena tampilnya dalam pengakuan Iman Rasuli.,
merupakan kutipan dari Mazmur 110:1. Dengan Yesus dinyatakan sebagai Raja
Mesias. Kata-kata “di sebelah kanan” tidak menunjukkan tempat tubuh Yesus
Kristus, akan tetapi kuasa-Nya yang agung.[7]
Ada
jalan lain untuk menguraikan pertanyaan yang dibuat oleh paulus. Allah telah
membebaskan kita, lalu siapa yang dapat menggugat kita? Jawabnya ialah Hakim
bagi seluruh umat manusia, yaitu Yesus Kristus. Ialah satu-satunya yang
mempunyai hak untuk menggugat, tetapi bukan itu yang Ia lakukan, Ia duduk di
sebelah kanan Allah membela kita, dan oleh karenanya kita selamat.
Saya
kira uraian yang kedua ini benar. Dengan satu lompatan pemikiran yang berani
Paulus melihat Kristus, tidak sebagai Hakim, melainkan sebagai Dia yang
mengasihi jiwa manusia.
Kemudian
kita perhatikan ayat 35, dalam ayat-ayat sebelumnya Paulus telah mengucapkan
keyakinan bahwa Kristus pembela bagi kita pada Allah. “Siapa” yang
dimaksud dalam pembukaan kalimat
ini yaitu setiap lawan, apakah pribadi atau tidak.[8]
Hal yang ingin ditunjukkan paulus dalam ayat sebelumnya dan ayat ini (35)
ialah, halangan-halangan atau kesusahan besar tidak dapat memisahkan kita dari
Kristus. Kata “memisahakan” dalam bahasa Yunani “χωρισει, fut. Χωρίζω”. Melalui
kalimat yang dituliskan oleh rasul Paulus, dia ingin menyatakan bahwa tidak
akan ada yang dapat memberi pemisah antara manusia dengan kasih Yesus Kristus.
Karena dalam ayat sebelumnya, melalui kematian-Nya di kayu salib Dia membela
kita dan itu merupakan bukti kasih yang sangat luar biasa yang diberikan Yesus.
Oleh
karena itu Paulus menunjukkan beberapa halangan-halangan yang membuat manusia
sangat sulit untuk meresponi kasih Yesus dan ingin menunjukkan walaupun
halangan itu ada tapi tidak dapat memisahkan manusia dari kasih Kristus.
Halangan-halangan tersebut ialah: penindasan, kesesakan, penganiayaan,
ketelanjangan, kelaparan atau bahaya pedang. Kita dapat melihat pandangan atau
tanggapan para ahli dalam hal ini. Mereka mengatakan: “Dalam gairah kepercayaan Paulus menentang segala yang mungkin dapat
menjadi penghalang. Ada kelompok penentang yaitu, menyebut
penderitaan-penderitaan sementara, yang biasa dialami oleh merekayang mengaku
Kristus, yang menderita bersama Dia dan akan mendapat kemuliaan bersama Dia
juga”.[9]
Penderitan-penderitaan ini memang ada, seperti diketahui oleh Paulus sendiri
(bnd. 16:4; 1 Kor. 4:11).
Pertama
sekali disebut ialah penindasan,
Yunani thlipsis (θλῐψις). Dari
ketujuh istilahnya, yang ini yang paling sering muncul dalam Perjanjian Baru
dan paling luas artinya. Kita juga menemukannya pula dalam Perjanjian Lama
(terjemahan Yunani) dalam hubungan penderitaan umat Israel.[10]
Kemudian menyusul yang kedua, kata kesesakan.
Perbedaan dengan penindasan tidak begitu jelas. Ada yang mengartikan yang
pertama itu sebagai tekanan dari luar, sedangkan ‘kesesakan’ adalah tekanan
batin yang menjadi akibatnya. Kesesakan itu pun dapat menjadi pencobaan, sebab
mencegah tetap percaya pada janji Allah, sehingga cenderung menyarah. Calvin
menyebut contoh Abraham dalam Kejadian 12:10-20.[11]
Ketiga ialah penganiayaan. Rasul
Paulus dalam hal ini ingin menunjukkan penganiayaan pun tidak dapat memisahkan
kita dari kasih Kristus. Hal ini dikatakan Paulus karena dia telah mengalami
penganiayaan tersebut (2 Kor. 11: 24), berkali-kali mengalami penganiayaan dari
pihat musuh mereka, seperti yang dikisahkan dalam kitab Kisah Rasul.
Ketiga
penderitaan berikutnya, kelaparan,
ketelanjangan, bahaya, menandakan keadaan umum orang Kristen yang menjadi
akibat penganiayaan. Akibat dari ketelanjangan yang ke tiga ini menunjukkan
bahwa orang Kristen kehilangan miliknya, bahakan barang yang menjadi kebutuhan
pokoknya, seperti makanan dan pakaian. “Ketelanjangan” ini meunjukkan bahwa
barang atau pun bahan untuk membuat pakaian direbut oleh orang-orang yang
membenci orang-orang Kristen. “Bahaya”
merupakan suatu ancaman yang datang untuk menghancurkan suatu pribadi atau yang
lain. Ini jugalah yang dialami oleh orang-orang Kristen, mereka sering dihantui
oleh ancaman-ancaman dari sekitar mereka yang menginginkan kehancuran mereka.
Walau pun demikian melihat dari kehidupan orang Kristen, mereka tetap berjuang
untuk tetap bertahan dari bahaya atau ancaman.
Bagian
terakhir yang menjadi halangan yang dituliskan oleh Paulus yaitu Pedang, ini mengacu pada penganiayaan
tertinggi dan terakhir, yaitu pembunuhan atas diri orang Kristen. Kita
menemukan pula dalam Ibrani 11:37. Menurut tradisi, Paulus sendiri mati ‘oleh
pedang’, karena kepalanya dipenggal sekitar tahun 64 M.[12]
Semua hal yang dituliskan oleh Paulus tersebut sudah dialami oleh Paulus selama
dia hidup dan menjadi orang Kristen yang benar-benar mengikut Yesus.
Kemudian
kita perhatikan ayat 36, ini merupakan kutipan yang di ambil dari Perjanjian
Lama yaitu dari Mazmur 44:23. Kalimat ini menunjukkan keadaan orang Kristen
yang mengalami pencobaan, ini juga menunjukkan betapa dalamnya Paulus ingin
mengatakan atau mempertegas kepada Jemaat di Roma bahwa sejak Perjanjian Lama
kehidupan orang-orang yang mengikut pada kebenaran, contoh seperti umat pilihan
Allah juga mengalami hal-hal seperti yang tertulis di atas.
Menurut
Douglas J. Moo: “This verse is something
of an interruption in the flow of thought, and one that is typical for Paul.
for he is constantly concerned to show that the sufferings experienced by Christian
should occasion no surprise (see a similar interruption in Phil.1:9). here Paul
cites Ps.44:22 (LXX 43:22) to show, as Calvin puts it, that "it is no new
thing for the Lord to permit his saints to be undeservedly exposed to the
cruelty of the ungodly”.[13]
III.
Kasih
yang Berasal dari Allah. (ay.37-39)
Berikut
ini merupakan penegasan yang di tuliskan oleh Paulus bahwa apapun yang ada di
bumi dan yang ada di langit tidak akan dapat memisahkan ataupu yang menjadi
penghalang antara ciptaan dengan Allah, dengan demikian kematian Yesuslah yang
menjadi bukti.
III.1. Lebih dari Pemenang (ay.37)
Kalimat pada ayat 7a menyatakan “Tetapi dalam semuanya itu kita lebih
daripada orang-orang yang menang”. Jika kita perhatikan empat kata pertama,
ingin menunjukkan semua hal yang telah di tuliskan oleh Paulus pada ayat
sebelumnya, yaitu penderitaan-penderitaan yang dihadapi oleh umat Kristen.
Dikatakan lagi “kita lebih....yang
menang”, berarti adanya suatu keunggulan atau status yang tinggi. Jika kita
perhatikan dengan teliti kalimat ini, maka kita akan melihat suatu hal yang
bisa dikataka “di atasnya yang paling tinggi”. Maksudnya di situ adalah jika
kita menggunakan angka 1-5 dan angka merupakan angka yang paling tinggi, oleh
karena suatu hal yang khusus maka di atas angka 5 itu masih ada. Demikianlah
yang ingin dikatakn dalam kalimat ini, adanya kekhususan yang dimiliki oleh
orang yang percaya. Jika kita pikirkan yang dikatakan lebih daripada
orang-orang yang menang, itu merupakan suatu hal yang sangat khusus, karena
jika sudah menang, ya menang tidak ada lagi di atasnya, akan tetapi dalam hal
ini paulus ingin mengatakan bahwa orang-orang percaya itu memang memiliki
kekhususan.
Kata “menang” berasal dari kata ύπερνικῶμεν, pres, act. dalam bahasa
Latin: Super. Hal ini hanya akan diperoleh karena Allah
yang mengasihi kita, yang ditunjukkan melalui kematian Yesus Kristus.
Kemenangan yang diperoleh bukanlah karena manusia itu sendiri, namun dalam hal
ini Paulus menunjukkan bahwa kemenangan itu hanya dari Allah saja secara
cuma-cuma melalui Yesus saja yaitu kemenangan melalui kebangkitan-Nya.
III.2. Tanpa Halangan (ay. 38-39)
Van
den End melihat ayat 38, adanya perubahan dalam hal oknum yaitu dai kata ‘kita’
menjadi ‘aku’, seakan-akan ia mengikirkan imannya sendiri.[14]
Paulus menunjukkan keyakinannya sebagai orang yang percaya, bahwa apa pun yang
ada di langit, di bumi dan di bawah tanah tidak akan ada yang sanggup untuk
menghalangi kasih yang diberikan Allah kepada manusia. Ayat 38-39b, Paulus
memberikan beberapa yang menjadi penghalang-penghalang sekali pun itu tidak
dapat menghalangi kasih tersebut.
a. Maut,
ini merupakan kematian yang kekal atau dengan perkataan lain adalah kebinasaan
dan tak seorang pun dapat keluar dari dalamnya (bnd. 6:23),
b. Hidup,
ini merujuk pada kehidupan manusia di bumi,
c. Malaikat-malaikat,
bisa dikatakan sebagai hamba yang setia dan melayani Tuhan dalam kerajaan-Nya,
d. Pemerintah-pemerintah,
yang merupakan penguasa di suatu daerah tertentu atau yang memerintah di suatu
daerah,
e. Kuasa-kuasa,
yang ingin dikatakan dalam hal ini adalah kuasa-kuasa yang berada di luar
Kristus, baik yang di atas maupun di bawah,
f. Makhluk
lain, ini bisa dikatakan makhluk jahat yang terdapat dalam berbagai macam
bentuk atau apapun itu yang termasuk jajaran ‘makhluk’ tambahan di seluruh
dunia ini.
Itulah
macam-macam penghalang tersebut walaupun tidak dapat menghalangi kasih Allah.
Paulus sengaja menunjukkan penghalang yang besar supaya orang yang membaca dan
melihatnya tidak takut, sehingga mereka juga memiliki keyakinan Iman seperti
yang dimiliki oleh Paulus. Perlu juga kita perhatikan mengapa Paulus menuliskan
‘hidup’, kalau ‘maut’ wajarlah membenci orang-orang yang percaya. Mungkin dia
ingin mengatakan hal demikian yaitu mencakup kehidupan kita di dunia, atau bisa
juga diartikan sebagai kehidupan dalam daging (ay.8).
Semua
ancaman tersebut tidak dapat memisahkan kita dari kasih Allah. Melalui
pemahaman yang kita miliki bahwa kasih Kristuslah yang sering atau dalam kita
pahami. Namun yang perlu dan sanga penting kita perhatikan adalah ini merupakan
suatu hal yang sempurna. Kenapa? Karena dalam hal ini Allah menunjukkan
kasih-Nya dan itu ditunjukkan dalam Kristus Yesus yang mengasihi kita samapai
pada kayu salib.kasih Allah sungguh-sungguh menyatakan diri-Nya dan kasih-Nya
kepada semua orang-orang berdosa dan orang yang percaya dalam nama-Nya. Jika
memahami hal ini tujuan dan maksudnya sangat dalam, bagaimana Allah bekerja
dalam hidup manusia.
KESIMPULAN
Paulus ingin supaya orang-orang yang
percaya pada Yesus Kristus yang adalah Allah, yang menunjukkan kasih dan tidak
takut, bimbang atau ragu dalam Iman yang dimiliki, karena apa pun yang menjadi
ancaman tidak dapat memisahkan kita dari kasih Allah melalui Yesus Kristus atau
dengan perkataan lain Allah yang bekerja dalam diri setipa orang yang percaya.
Ayat 31-39 ini menunjukkan makna paling dalam, secara khusus kita lihat ‘dalam
Yesus Kristus’. Yesus adalah tempat kasih Allah untuk menyatakan diri-Nya.
DAFTAR PUSTAKA
Barclay, William.
2011. Pemahaman Alkitab Setiap Hari, Jakarta:Gunung
Mulia
Dr.Th. Van den End.
2010. Tafsiran Surat Roma Jakarta: Gunung
MUlia.
Guthrie. Donald.
1974. Tafsiran Alkitab Masa kini, Jakarta:
Yayasan komunikasi Bina Kasih.
Stott.
R.W. John.
1994. The
Message Of Romans, England: Inter-Varsity Press.
Moo J. Douglas.
1996.
The Epistle Of The Romans, Cambridge:
Grand Rapids, Michigan.
[1] Dr. Th.
Van den End, Tafsiran Surat Roma
(Jakarta: Gunung Mulia, 2010), Hal. 462
[2] Ibid.
Hal. 463
[3] John
R.W. Stott, The Message Of Romans. (Inter-Varsity Press,1994) Hal. 254
[4] Douglas
J. Moo, The Epistle Of The Romans. (Cambridge: Grand Rapids, Michigan, 1996),
hal 539
[5] William
Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari.
(Jakarta:Gunung Mulia, 2011), Hal. 175
[6] Ibid.
William Barclay, hal 176
[7] Opcit.
Dr. Van den End. Hal. 469
[8] Opcit.
Douglas J. Moo. Hal. 543
[9] Donald
Guthrie,Tafsiran Alkitab Masa Kini(Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih,1974)
Hal. 444
[10] Opcit.
Van den End, Hal 471
[11] Ibid.
Van den End, hal 472
[12] Ibid.
Van den End, hal 472
[13] Opcit.
Douglas J. Moo, hal. 544
[14] Opcit.
Van den End, hal 475
Tidak ada komentar:
Posting Komentar