BAB
I
PENDAHULUAN
Latar belakang Timotius
Surat
1 dan 2 Timotius dan Titus biasanya disebut sebagai “surat-surat penggembalaan
adalah surat-surat dari Paulus (1 Timotius 1:1 2Tim 1:1;Tit 1:1) kepada
Timotius (di Efesus) dan Titus (di Kreta) mengenai pelayanan digereja. Paulus
menulis 1 Timotius sesudah peristiwa yang tercantum dalam pasal terakhir Kisah
Para Rasul. Hukuman penjara yang pertama kali dialami oleh Paulus di Roma (Kis.
28) rupanya berakhir dengan kebebasan (2 Tim 4:16-17). Berdasarkan data dalam
surat-surat dalam pengembalaan ini, Paulus kemudian kembali ke daerah laut Aega
(khususnya Kreta Makedonia dan Yunani) untuk pelayanan selanjutnya. Sementara
waktu ini (sekitar tahun 64-65 M), [1]Paulus
menugaskan Timotus sebagai wakil rasuli untuk melayani di Efesus, dan Titus di Kreta.
Dari Makedonia, Paulus menuliskan Surat yang pertama kepada Timotius, dan
beberapa waktu kemudian dia menulis kepada Titus. Paulus mempunyai tiga maksud
ketika menulis surat ini: (menasihati Timotius sendiri mengenai kehidupan
pribadi dan pelayanannya; (2) mendorong Timotius untuk mempertahakan kemurnian
Injil dan standarnya yang kudus dari pencemaran oleh guru palsu (3) memberikan
pengarahan kepada Timotius mengenai berbagai urusan dan persoalan gereja di
Efesus.
BAB
II
PEMBAHASAN
I.
Dosa yang memperbudak
manusia (ayat. 1-5)
Pada
ayat sebelumnya rasul Paulus menuliskan nasehat kepada Timotius bahwa engkau
tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah (ayat. 3:15-16),
sehingga dalam pasal 4:1 Paulus menuliskan tetapi Roh dengan tegas mengatakan
bahwa diwaktu-waktu kemudian ada orang yang murtad, [2]Donald
mengatakan ada orang yang akan murtad
lalu mengikuti roh-roh penyesat sudah diucapkan lebih dahulu juga oleh
Paulus pada kesempatan perpisahannya dengan para penatua dari Efesus (Kis.
20:29,30). Murtad dalam bahasa Yunani adalah αποστασια dipakai dua kali dalam
perjanjian Baru sebagai kata benda (Kis. 21:21, 2Tes 2:3,) dalam bentuk kata
kerja Yunani (απίστμι, dalam versi lain diterjemahkan sebagai “berbalik dari”).
Istilah Yunani ini ditegaskan sebagai tindakan meninggalkan, berkhianat,
memberontak, memundurkan diri atau berbalik meninggalkan sesuatu yang dahulu
diikuti.
Dari ajaran-ajaran setan-setan, iblis
tidak hanya menjatuhkan anak-anak Tuhan dengan meletakkan jerat-jerat di bidang
etis (1 Tim 3:6,7), melainkan juga dengan cara memasukkan ajaran-ajaran kedalam jemaat. Nubuat itu sudah
mulai kenyataan menjelang akhir hidup Paulus diteruskan pada abad-abad
berikutnya. Dalam pendapat di atas mereka telah mengikuti roh-roh penyesat
sehingga mereka murtad dari kerecayaan mereka.
1.
Penyebab ajaran sesat
(ay. 2-3)
Dalam ayat 2. [3]John Stott mengatakan Guru tertentu mulai menyebarkan
pengajaran sesat dan beberapa ditipu orang mendengarkan mereka, yang diambil oleh mereka, dan karena itu meninggalkan
iman apostolik. Tatapi Paulus tampak melihat hal tersebut, dan menjelaskan
kepada Timotius dinamika spiritual yang mendasari. Dia mengacu pada tiga
tahap berturut-turut. Penyebab
pertama kesalahan setan. Mereka yang meninggalkan
iman melakukannya karena mereka telah memperhatikan (NRSV) atau mengikuti roh-roh
penyesat dan diajarkan oleh setan. Jadi, dalam ayat
yang sama Paulus mengacu baik
untuk roh kudus dan roh-roh jahat atau setan.
Guru-guru palsu ia melihat aktivitas kekuatan
jahat. Berbicara dirinya di bawah
pengaruh roh kebenaran
mengatakan Sebab guru-guru palsu berada di bawah pengaruh roh-roh penyesat. Alkitab menggambarkan iblis hanya sebagai penggoda,
menarik orang ke
dalam dosa, tetapi juga sebagai penipu,
merayu orang ke
dalam kesalahan. Sering kali ia melakukan
keduanya bersama-sama, seperti ketika
di taman Eden ia
membujuk orang pertama sehingga
orang-orang tersebut tidak mematuhi firman Tuhan. Tidak
heran Yesus memanggilnya pembohong dan bapa
segala dusta. Dan para rasul
secara teratur dikaitkan kesalahan manusia untuk penipuan setan. [4]Menurut
Donald Guthrie mengatakan Dalam ayat. 2 mengenai orang pendusta-pendusta,
dalam kata-kata oleh tipu daya pendusta-pendusta didalam bahasa aslinya ditulis
“oleh kemunafikan pendusta-pendusta”.
Kemunafikan dan pendusta dalam bahasa Yunani ύπο-κρισις, ψευδογολος,
Para pengajar sesat waktu mulai mengajarkan ajaran sesatnya, mengetahui bahwa itu
menyimpang dari “ajaran sehat” (1Tim 1:10) tetapi mereka mengajikan itu sebagai
ajaran yang suci. Oleh sebab mereka berlaku munafik dan berdusta, istilah
memakai kata cap yaitu terambil dari kebiasaan zaman itu bahwa budak-budak yang
dibeli diberi cap, tanda milik majikannya yang baru.
Demikian juga hati nurani guru-guru sesat
telah dikuasai oleh Iblis (1 Tim 1:18,19). Dalam pendapat di atas [5]Budiman
mendukungnya, ia mengatakan bahwa para pengajar sesat, waktu mulai mengajarkan
ajaran sesatnya, bahwa itu menyimpang dari ajaran sesat, yang hati nuraninya
memakai cap mereka oleh karena mereka dengan sengaja memalsukan ajaran yang
sehat.
2. Larangan
ajaran sesat (ay. 3-5)
Dalam ayat 3 mereka melarang dan
bukan hanya melarang namun menjauhkan diri dari makanan tertentu(dalam bahasa
Yunani menjauhkan diri adalah άπεχεσθαι βρωματων)orang kawin memakan-makanan
yang diciptakan Allah supaya dengan mengucapkan syukur, di dalam pantangan
nikah (mereka melarang orang kawin) kita jelas melihat pengaruh gnostik, yang
mengajarkan dualisme atau pertentangan antara roh dan materi (tubuh). Roh
manusia adalah percikkan Allah sedangkan tubuh berasal dari dosa. Oleh sebab itu dengan pantangan nikah orang
dapat melepaskan diri dari daya tarik materi dan mencapai tarif hidup yang
lebih tinggi.
Demikian juga dengan pantangan terhadap benda
makanan (melarang orang makan makanan), yang dianggap mengandung dosa, orang
berusaha melepaskan diri dari belenggu-belunggu materi. [6]Menurut
Donald mengatakan bahwa dari ayat-ayat ini, berhubungan dengan
pandangan-pandangan Gnostik dan dualisme , bahwa materi adalah jahat dan bukan
diciptakan oleh Allah. Tetapi karena Allah menciptakan semuanya untuk digunakan
oleh manusia, maka penggunaannya dengan baik bergantung kepada iman,
pengetahuan yang sempurna tentang kebenaran dan jiwa yang betul-betul
bersyukur. Kemungkinan besar disini terjadi perpanduan antara unsur-unsur
gnostik dengan peraturan pantangan makanan dalam taurat Musa. Kesalahan
fundamental dari larangan makan adalah bahwa menurut ajaran sesat ini beberapa
benda tidak berada dibawa kekuasaan Allah, melainkan dibawah kekuasaan si
jahat. Ini bertentang dengan ajaran Alkitab, bahwa segala sesuatu diciptakan
oleh Allah dengan baik (kej. 1:31), dan berada dibawah kekuasaan Allah. Oleh
sebab itu orang boleh menikmati segala benda makanan, asal ia memberi
penghormatan kepada sang pencipta sebelum ia menikmatinya. Inilah yang
dimaksudkan dengan kata-kata supaya dengan pengucapan syukur dimakan. Yang berlawanan dengan sikap guru sesat yang dengan larangan makannya
merampas Allah dari penghormatan yang layak diterima-Nya dari orang-orang yang menikmati
benda-benda ciptaan Allah. Menurut [7]William
Barcay mengatakan: pemberian tersebut harus digunakan dengan mengingat bahwa
semua itu pemberian Allah, dan juga dimafaatkan dengan rasa syukur.
Dalam ayat 5, yang dimaksudkan
dengan dikuduskan ialah dilepaskan dari wilayah ketkayulan dan ditempatkan kembali
dibawah kekuasaan Allah, dalam bahasa Yunani αγγιαςε-ται artinya menguduskan sehingga
dapat dinikmati oleh orang percaya. Pengudusan itu dilakukan oleh firman Allah
artinya dari firman Allah kita mengetahui, bahwa segala sesuatu adalah ciptaan
dan milik Allah. Pula pengudusan dilakukan oleh doa, sehingga dalam pengucapan
syukur diberi penghormatan kepada Allah sebagai pencipta dan pemberi benda yang
dinikmati itu. Dalam pandangan di atas Budiaman mendukungnya dan setuju
terhadapat pendapat di atas.
3. Nasehat
kepada Timotius untuk menjadi pelayan
Kristus (ay. 6-10)
Timotius menghadapi yang berat didalam
melawan ajaran sesat di jemaat, karena ajaran itu dengan pantangan-pantangannya
yang berat dan pengetahuan yang tinggi (gnosis), memberikan kesan yang serius
dan berbobot tinggi kepada jemaat sedangkan Timotius sendiri masih relatif
mudah dan tidak mempunyai kuasa rasuli. Maka untuk memperkaut kedudukannya dan memberikan
kewibaan kepadanya, Paulus menulis kata-kata tersebut dalam ayat sebelumya.
Jika Timotius mengingatkan hal-hal itu (yang dimaksudkan dengan hal-hal itu
ialah ajaran sehat pada umumnya ayat. 3-5 pada khususnya) kepada saudara-saudara
kita, maka ia akan menjadi seorang pelayan Kristus Yesus yang baik. Jaminan
Paulus ini yang dimaksudkan untuk Timotius juga ditunjukkan kepada jemaat yang
kelak akan membaca surat ini (1Tim, 1:1). Lebih lanjut Paulus menjamin kepada
jemaat, bahwa Timotus sungguh-sungguh terdidik dalam soal-soal pokok iman dan
bahwa ia telah mengikuti ajaran sehat selama ini, jemaat bisa mengandalkan
pimpinan Timotius. Dalam ayat 7. Paulus mensifatkan ajaran sesat itu sebagai
takhuyul dalam bahasa aslinya ceritera-ceritera yang sama sekali tidak suci dan
bersifat dongeng saja. Yang dimaksudkan ialah dongeng-dongeng nenek tua, karena
tidak mempunyai bobot dan manfaat bagi hidup manusia. Sebaliknya Paulus memberi
nasihat : latihlah dirimu beribadah, yang dimaksudkan dengan ibadah disini
ialah: hidup yang berkenan kepada Allah yaitu hidup yang merupakan penghayatan
iman dalam kata-kata dan perbuatan.
Dalam ayat 8, yang dimaksud dengan
latihan badani arti kata ini ditentukan oleh konteksnya di ayat 3, disebut
tentang pantangan kawin dan pantangan makan yang diajarkan oleh ajaran sesat
pantangan-pantangan ini digambarkan oleh Paulus sebagai latihan badani karena
dengan pantangan-pantangan itu orang menggembleng tumbuhnya untuk mengaruh
pengaruh dosa didalam luar tubuh. Bila Paulus menetang pantangan nikah dan
pantangan makan seperti yang diajarkan ajaran sesat itu dikarenakan oleh pantangan-pantangan
tersebut berlawanan dengan firman Tuhan (1Tim 4:3). Tetapi menurut Paulus ada
juga pantangan-pantangan yang baik misalnya. Rom 13:14,1Kor.7:5;8:13. Paulus
tidak menyangkal pentingnya latihan badani, tetapi jauh lebih penting adalah latihan
beribadah. Dalam ayat.9 dikatakan perkataan ini benar dan patut diterima
sepenuhnya maksudnya untuk menjamin kebenaran dari apa yang ia terangkan.
Timotius berhadapan dengan guru-guru sesat yang lebih mementingkan latihan
badani (pantangan) dari pada latihan beribadah. Maka Paulus menandaskan, bahwa
apa yang ia katakanan (perkataan ini) mengenai pentingnya beribadah benar dan
patut diterima sepenuhnya. Dalam ayat. 10, Paulus berani menarik konsekwensi
dari ucapannya bahwa “latihan beribadah” (1Tim 4:7-8) teramat indah: itulah
sebabnya kita berjerih payah dan berjuang. Jerih payah dan perjuangan Paulus
dengan rekan-rekannya jauh lebih mengesankan. Kerena kita menaruh pengharapan
kita kepada Allah yang hidup Paulus dengan rekan-rekan berani berkorban dalam
ibadah mereka kepada Tuhan karena mereka tahu, bahwa jerih payah mereka di
dalam Tuhan tidak sia-sia (1 Kor.15:58). Allah yang mereka andalkan adalah
Allah yang hidup, yang maha hadir dan maha kuasa. [8]Menurut Everett
F. Harrison mengatakan
juruselamat dalam bahasa Yunani σωτήρ disini dipakai dalam arti “pembebasan”, dalam
pendapat di atas bahwa ketika mereka telah mengenal juruslamat maka mereka
mengucap syukur dengan beribadah kepada Tuhan.
II.
Amanat dari ajaran yang
benar (4:11-16)
Paulus
memberikan perintah kepada Timotius supaya ia memberitakan dan mengajarkan
Jeruslamat itu kepada jemaat sehingga dalam ayat 11 beritakan dan ajarlah dalam
bahasa aslinya sekali lagi dipakai kata kerja “παρ-αγγελλε imper παραγγελλω” yang
berari “memerintahkan” (1.Tim 1:3).
Paulus menganggap perlu untuk memberikan lebih banyak keberanian kepada
Timotius dan dalam pengajaran dan tindakannya, mengingat kecenderungannya sedikit takut dalam penampilannya, karena usia yang lebih
muda (muda dalam bahasa Yunani νεοτες) banyak para ahli mengatakan bahwa umur Timotius pada saat itu adalah 15 tahun
dan gereja pada umunya menghendaki agar pemegang jabatan adalah orang-orang
yang sudah tua. Menurut Everett F. Harrison mengatakan bahwa beritakanlah dan
ajarkanlah, Paulus memerintahkan Timotius untuk melayani umat. Timotius sendiri
harus dipelihara dengan Firman tentang iman dan doktrin yang benar. Dari pendapat
di atas dapat kita simpulkan bahwa Paulus sangat meneguhkan Timatius dalam
melayani jemaat dan mengajarkan Firman Tuhan.
1. Timotius
harus menjadi teladan bagi semua orang (ay.12)
Dalam ayat 12 mengatakan jangan seorangpun yang menganggap
engkau mudah (κατα-φρονειτω imper. Καταφρονεω yang artinya menghina), pada waktu itu Timotius masih
relatip mudah, waktu menerima surat ini. Ada beberapa petunjuk untuk hal itu,
ketika ia dibawah kepada pertobatan oleh Paulus pada perjalannya yang pertama
(1Tim 1:2) pada tahun 44, Timotius berusia paling tinggi 15 tahun (2Tim 1:5;3:15
yang menyinggung masa kecil Timotius). Paulus ingin mentabahkan hati Timotius dengan mengatakan, bahwa orang
tidak akan menganggap remeh dia, bila ia menjadi teladan bagi orang-orang
percaya. Kewibawaan seseoarang pemimpin rohani tidak terutama terletak di dalam
hal-hal lahiriah seperti usia, kekayaan, kepintaran, penggunaan kekerasan,
melainkan didalam teladan hidup. Bila mana orang percaya melihat didalam diri
pemimpin percerminan Yesus Kristus maka dengan sendirinya mereka akan
menghormatinya, Dalam perkataanmu dan dalam tingkah lakumu artinya perbuatan
seseorang pemimpin rohani harus sama dengan perkataannya. Oleh sebab itu
keteladanan harus diwujudkan dalam dua hal itu: keteladanan dalam tingkah laku
harus Nampak dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu. [9]Kasih
dalam bahasa Yunani αγαπε yang artinya kemurahan hati yang tak dapat
ditaklukkan.
2. Timotius
harus bertekun dalam membaca kitab suci (ay. 13)
Dalam ayat.13 bertekun membaca kitab-kitab
suci, Timotius harus mengutamakan membaca dalam bahasa aslinya tidak disebut
kitab-kitab suci. Mengapa Paulus memerintahkan Timotius supaya ia mengutamakan
menurut bahasa asli kata “mengutamakan”
lebih tepat dari pada kata bertekun, karena hanya dengan cara demikian Timotius
dapat membina jemaat dan melawan ajaran-ajaran sesat. [10]Menurut
Donald C. Stamps mengatakan: jadilah teladan, salah satu syarat yang paling
penting untuk seorang pemimpin gereja.
Kata Yunani yang diterjemahkan
“teladan” adalah τυπος yang berarti “model, ideal, gambar, atau pola”. Seorang gembala
dan pelayanan harus menjadi contoh dalam
kesetiaan, kekudusan, dan ketekunan dalam kesalehan.
3.Timotius harus menjalankan
karunianya (ay.14)
Dalam ayat 14
karunia yang dimaksudkan dengan karunia disini bukanlah satu karunia Roh dari
(1 Kor 12:7-10, Rom 12:6-8), melainkan karunia dalam hati yang luas yaitu kuasa
Roh yang diperlakukan untuk melakukan
tugas pelayanan. Dengan mengingatkan Timotius yang ia terima, Timotius dikuatkan
kembali oleh imannya.
Kemudian Paulus
menguatkan Timotius dengan mengingatkan akan nubuat yang diucapkan kepadanya
pada saat pengumpangan tangan oleh
sidang penatua. Maksud pengumpangan tangan itu ialah pemberian kuasa dan karunia Roh untuk melaksanakan tugas itu.
4.
Timotius harus
menunjukkan kemajuannya (ay. 15-16)
Dalam ayat 15.
Setelah Timotius mengenang kembali nubuat dan karunia roh yang telah ia terima
bagi pelaksaan tugasnya (perhatikanlah semua itu), ia diperintahkan untuk
mengembangkan pemberian ilahi itu (hiduplah di dalamnya). Timotius boleh yakin
bahwa di dalam perjuangannya Roh kudus sendiri yang bekerja. [11]Dalam
ayat 16. Timotius harus bertekun(bertekun dalam bahasa Yunani ταυτα ) dalam
ajaranya supaya dirinya dan semua orang mendengarkannya, bertekun dalam
semuanya itu
supaya Timotius
tidak boleh lengah sedikitpun dalam hal ini karena akibat-akibatnya berat.
Paulus mengatakan bahwa awasilah dirimu (έπ-εχε. Imper . έπεχω dat.berpegang
pada, mengawasi) Ini diungkapkan dengan kalimat karena dengan berbuat demikian
engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau.
Dengan
ajaran yang sehat dan tingkah yang laku yang baik Timotius dapat menjadi saksi
Kristus dan membawa orang lain kepadanya. Timotius bila ia mengajar dan berlaku
dengan baik ia akan menerima pahala dari Tuhan (engkau akan menyelamatkan
dirimu). Tetapi bila ia menyesatkan orang lain, hukuman berat akan menimpannya.
Kewaspadaan terhadap keselamatan diri
sendiri senantiasa diperlukan, karena amat tragislah keadaannya bila seoarang
pemimpin setelah membawa banyak orang kepada Kristus, ia sendiri ditolak oleh Tuhan pada
akhir zaman. [12]Menurut Everett
F. Harrison mengatakan seorang Gembala harus diingatkan bahwa dirinya
sendiri memerlukan doktrin yang benar. Paulus mengingatkan Timotius untuk
melaksanakan tugasnya dalam pelayanan ia memerlukan pengajaran yang benar.
BAB
III
KESIMPULAN
Dalam 1 Timotius 4:1-16, Paulus
memberikan tugas kepada Timotius untuk memberitakan dan mengajarkan ajaran yang
sehat itu kepada jemaat, dan sekaligus menasehati Timotius supaya Timotius tetap bertekun dalam
membaca kitab suci karena dengan itu ia bisa melawan ajaran sesat dan juga
menjadi teladan dalam perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan dan kesucian,
bahkan mengawasi dirinya dalam ajarannya karena bila seorang pemimpin setelah membawa banyak
orang kepada kristus, ia sendiri pada akhir zaman di tolak oleh Kristus.
Daftar Pustaka
Stott
John,
1996. The Massage of 1 Timothy &
Titus
Stamps
Donald C.
1984.
The Bible Full Study : Gandum Mas.
Guthrie
Donald,
1974. Tafsiran Alkitab Masa Kini, Jakarta:
yayasan komunikasi bina kasih.
Harrison
Everett F.
1962. The Wycliffe Bible Commentary: Gandum
Mas
W.
Wiersbe Warren,
200. Setia di Dalam Kristus
Willian
Barclay.
2006. Surat 1&2 Timotius, Titus, Filemon
[1] Donald C. Stamps The Bible Full Stady (Jakarta: Gandum Mas, 1984)
[2] Donald Guthrie, Tafsiran
Alkitab masa kini,(Jakarta: yayasan komunikasi bina kasih)hal. 1694
[3] John Stott, The Massage of 1
Timothy & Titus, (England: Inter-Varsity Press,1996) hal.110-111
[4] Donald Guthrie, Tafsiran
Alkitab masa kini,(Jakarta: yayasan komunikasi bina kasih)hal. 1694
[5] Dr. R. Budiman, Surat-Surat
Pastoral 1&2 Timotius dan Titus (Jakarta: Gunung Mulia,2008), hal.
35-40
[6] Donald Guthrie, Tafsiran
Alkitab masa kini,(Jakarta: yayasan komunikasi bina kasih)hal. 1694
[7] Barclay William, Surat-Surat 1&2 Timotius, Titus, Filemon (Jakarta:
Gunung Mulia,2011), hal. 153
[8]Everett F. Harrison, The Wycliffe Bible Commentary (Gandum Mas,
1962), hal.
[9] Barclay William, Surat-Surat 1&2 Timotius, Titus, Filemon
(Jakarta: Gunung Mulia,2011), hal. 155
[10] Donald C. Stamps The Bible Full Stady (Jakarta: Gandum Mas, 1984)
[11] Warren W.W Wiersbe, Setia di dalam Kristus (Bandung, Yayasan Kalam
Hidup 200), hal. 71
Tidak ada komentar:
Posting Komentar