SENTENCE FLOW
Apakah
kamu tidak tahu,
saudara-saudara,sebab
aku berbicara kepada mereka yang mengetahui hukum,
bahwa hukum berkuasa selama orang itu hidup.
(ayat 1)
sebab seorang istri terikat oleh hukum kepada
suaminya selama suaminya itu hidup.
Akan tetapi apabila
suaminya itu mati, bebaslah
ia dari hukum yang mengikatnya kepada suaminya itu.
Jadi selama
suaminya hidup ia dianggap berzinah,
Kalau
ia menjadi istri laki-laki lain;tetapi
Jika
suaminya telah mati, ia bebas dari hukum,
Sehingga ia bukanlah berzinah,
kalau ia menjadi istri laki-laki lain.(ayat
2-3)
Sebab itu, saudara-saudaraku,
Kamu
juga telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus,
Supaya kamu menjadi milik orang
lain, yaitu milik Dia,
Yang telah dibangkitkan dari antara
orang mati,
Agar kita berbuah bagi Allah. (ayat 4)
Sebab
waktu kita masih hidup di dalam daging,
Hawa
nafsu dosa,dirangsang oleh hukum Taurat
(ayat
5) Bekerja
dalam anggota-anggota tubuh kita.
Agar kita berbuah bagi maut.
Tetapi
sekarang kita telah dibebaskan dari Hukum Taurat,
Sebab
kita telah mati bagi dia,
Yang
mengurung kita,
Sehingga
kita sekarang melayani dalam keadaan baru menurut Roh,
Dan
bukan dalam keadaan lama menurut huruf hukum Taurat. (Ayat 6).
Jika
demikian,
Apakah yang hendak dikatakan?
Apakah hukum Taurat itu dosa?
Sekali-kali
tidak! Sebaliknya justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa.
Karena
aku juga tidak tahu apa itu keinginan,
Kalau
hukum Taurat tidak mengatakan ; jangan mengingini.(ayat 7)
Tetapi
dalam perintah itu dosa mendapat kesempatan untuk,
Membangkitkan
di dalam diriku rupa-rupa keinginan;
Sebab
tanpa hukum Taurat dosa mati. (ayat 8)
Dahulu
aku hidup tanpa hukum Taurat.
Akan tetapi sesudah
datang perintah itu, dosa mulai hidup.
Sebaliknya
aku mati.
Dan perintah yang
seharusnya membawa kepada hidup,
Ternyata
bagiku justru membawa kepada kematian. (ayat 9)
Sebab dalam perintah
itu,
Dosa
mendapat kesempatan untuk menipu aku,
Dan
menipu aku,
Dan
oleh perintah itu ia membunuh aku. (ayat 10)
Jadi
hukum Taurat adalah kudus,
Dan
perintah itu juga adalah,
(ayat 11) Kudus, benar dan baik.
PEMBAHASAN
I.
DI
BEBASKAN DARI HUKUM ( 1 – 4 )
1. Mengetahui
tentang hukum ( Ayat 1 )
Mengapa
hal ini dikatakan? Karena dalam ayat 1 ini dikatakan, Apakah kamu tidak tahu, saudara-saudara, sebab aku berbicara kepada
mereka yang mengetahui hukum-bahwa hukum berkuasa atas seseorang selama orang
itu hidup? Dalam hal ini Paulus terlihat memberikan suatu kalimat
pertanyaan kepada orang-orang jemaat di Roma. Untuk mengetahui apa yang
dikatakan dengan mengetahui tentang hukum, maka Paulus mengatakan Apakah kamu tidak tahu,saduara-saudara,sebab
aku berbicara kepada mereka yang mengetahui hukum. Kata tidak tahu dalam
bahasa Yunani (ἀ-γνοεω). Γινωσκουσιν ptsp.(kb.)dat.j. γινωσκω; γινωσκουσιν γαρ
νομον λαλω ‘sebab aku berbicara kepada mereka yang mengetahui hukum (sisipan).[1]
Yang artinya bahwa ini merupakan kalimat pertanyaan yang sangat tegas dikatakan
Paulus kepada mereka yang mengetahui hukum,apa yang diketahui? Yaitu hukum
berkuasa atas seseorang selama orang itu hidup. Berarti hukum yang tidak
memakai kata sandang (artikel) dan tidak disertai kata sifat, dalam surat-surat
Paulus biasanya mengacu pada hukum Taurat. Dalam pasal 4 Paulus telah
membuktikan ajarannya mengenai pokok tersebut terhadap para pembela hukum
Taurat dengan mengambil alasan dari hukum Taurat itu sendiri. Paulus juga
mengatakan bahwa orang yang tetap hidup,
mereka akan terus menerus di dalam hukum tersebut berkuasa selama orang itu
hidup.[2] So
law is for life;death annuls it. Paul states this as a legal axiom, universally
accepted and unchallengable.[3]
2. Illustrasi
antara Suami dengan Istri ( ayat 2-3)
Setelah
mengetahui hal di atas maka, Paulus memberikan 2 ilustrasi tentang hukum yang
berkuasa atas seseorang selama orang itu hidup. Di mana dikatakan Sebab seorang
istri terikat? Apa maksudnya? Apa yang terikat dengan seorang istri? Maka
jawabannya adalah seorang istri terikat
oleh hukum kepada suaminya selama suaminya itu hidup. Di dalam ayat pertama
rasul Paulus mengatakan bahwa dia berbicara kepada orang yang mengenal hukum.
Karena sebagian besar jemaat di Roma adalah orang bukan Yahudi, maka hukum yang
dimaksudkan bukan hukum Musa secara khusus tetapi sekadar prinsip hukum bahwa
seorang perempuan yang menikah itu terikat kepada suaminya.[4]
So
then, Paul now draws a conclusion, if she
marries another man while her husband is still alive, she is called an
adulteress (she ‘incurs the stigma of adultery’). But if her husband dies,and she remarries, she is not an adulteress (3), karena ia telah dibebaskan dari hukum
yang sebelumnya terikat padanya. Lalu apa yang membuat mereka berbeda?
Bagaimana mungkin satu hubungan pernikahan dapat kembali membuatnya menjadi
seorang pezinah, sementara yang lain tidak? Maka Paulus menegaskan tentu saja
terletak pada kematian suaminya. Pernikahan kedua adalah moral sah, karena
kematian suami yang pertama telah mati. Hanya kematianlah yang dapat
membebaskan atau mengamankan kebebasan dari Hukum perkawinan dan oleh karena
itu dia ada hak untuk dapat menikah lagi dan menjadi Istri laki-laki lain.[5]
These reference to death, freedom from law and remarriage already hint at the
application which Paul is about to make.[6]
3. Penerapan
Ilustrasi ( Ayat 4 )
Jika
dalam ayat 2-3 merupakan Ilustrasi yang digunakan oleh Paulus, maka dalam
pembahasaan ayat 4 ini kita akan melihat penerapan ilustrasi tersebut. Apa saja
hasil dari penerapan tersebut? 1. Supaya menjadi milik Dia; 2. Dibangkitkan
dari orang mati. Sebelum membahas kedua hal ini, kita melihat bahwa ayat ini
dikatakan sejajar dengan bagian pertama pasal 6. Bunyi ayat 4a ini hampir sama
dengan 6:2. Namun, ada dua perbedaan.
Yang
pertama, menurut pasal 6, kematian kita bersama Kristus adalah kematian bagi dosa. Di sini kita dikatakan bahwa kita
mati bagi hukum Taurat. Dengan
perkataan lain, kematian bagi hukum Taurat, yang menghasilkan kebebasan kita
dari hukum Taurat, merupakan akibat kematian kita bersama Kristus. Yang kedua
ialah di sini ‘mati’dalam bahasa Yunani (ἐθανατώθητε aor.pass θανατόω to put,
to death.).[7]
Allah telah menentukan Kristus menjadi jalan pendamaian. Allah memandang
kematian Kristus sebagai kematian kita sehingga kehidupan Dia merupakan
kehidupan kita pula (pasal 6).[8]
Dan frasa oleh tubuh Kristus mengacu kepada kepercayaan dengan Kristus di dalam
kematian jasmania-Nya. Kematian ini meniadakan segala kekuatan hukum Taurat
atad diri kita dan bertujuan untuk mmebuat kita menjadi milik Dia.[9]
Dari
yang di atas dapat kita lihat bahwa mati bagi hukum Taurat juga termasuk mati
oleh tubuh Kristus. Mengapa demikian? Supaya
kita menjadi milik Dia. Inilah persekutuan yang baru. Sekarang kita adalah
milik Kristus agar kita dapat hidup bersama Dia. Hal ini berakitan dengan yang
telah dikatakan Paulus dalam ayat 2-3, yaitu sebagaimana seorang istri oleh
kematian suaminya dilepaskan dari hukum yang mengikatnya kepada suami itu, dan
dapat beralih ke ikatan dengan lelaki lain, begitu pula ‘kamu’ telah beralih
dari hukum yang mengikatmu ada dosa dan maut kepada Kristus.[10]
Maka
dengan Kristus yang telah dibangkitkan
dari antara orang mati itu telah nyata dalam kehidupan orang yang percaya
kepada-Nya.[11]
The instrument by which by the believer is put to death to the law is “the body
of Christ”. A few interpreters have thought that Paul might be using this
phrase with the collective sense it has in, for example, 1 Cor.12; believers
are put to death to the law by belonging to the church, the body of Christ. But
Paul has laid no groundwork in Romans for this application; he must be
referring to the physical body of Christ, put to death on the cross for us.[12]
Akhirnya
dalam kalimat terakhir dikatakan oleh Paulus ialah; agar kita berbuah bagi Allah. Martyn Lloyd-Jones goes further and
elaborates the parallel. He refers to Ephesians 5:25. And to the union of the
chruch with Christ, which he portrays as mysterious, submissive,permanent,
privileged an intimate. Dia meneruskan ; bahwa “Buah” anak-anak, the fruit of
the marriage, the offspring . . . that are to born. Apa maksudnya? Maksudnya
adalah buah kekudusan, buah Roh. He concludes that the law was impotent to do
this. ‘But we are now married to One who has the strength and the virility and
the potency to produce children even out of us, that is to say. A life which is
lived ‘to God’s glory and to God’s praise.[13]
II.
HIDUP
DALAM DAGING DAN ROH ( AYAT 5-6)
Apa
yang dimaksud dengan hidup dalam daging dan roh? Hidup di dalam daging adalah
hidup yang masih dikuasai oleh dosa dan diperbudak oleh dosa. Orang yang hidup
di dalam daging sangat bertentangan dengan orang yang hidup di dalam roh yang
dipimpin oleh kuasa roh kudus. Hidup dalam daging sangat bertentangan dengan hidup
dalam roh, hal inipun jelas di lihat dalam surat-surat Paulus yang selalu
menekankan hidup di dalam roh. Dalam hal ini apa yang dapat membuat kita lebih
mengetahui lagi tentang hidup dalam daging dan roh, maka ada 2 hal yang bisa
kita lihat dalam hal ini :
1. Hidup
dalam daging, hawa nafsu (ayat 5)
Paulus
menerima pamakaian kata sarx (daging) di
kalangan kaum filsuf Yunani (kejahatan,dosa). Namun, dengan demikian ia tidak
meninggalkan alam Kitab Suci PL. Sebab ajaran Paulus bertentangan dengan
filsafat Yunani dalam 4 hal. Pertama,
sarx bukan satu segi manusia saja, yaitu segi yang jahat, yang berdosa,
melainkan seluruh manusia. Kedua, Hidup
dalam daging itu bukan nasib, melainkan kesalahan, sehingga manusia bertanggung
jawab atasnya. Ketiga,dari sudut
etika, yang menjadi kewajiban manusia bukan supaya bagiannya yang lebih mulia,
yaitu roh,menguasai bagian lebih rendah, yaitu tubuh, melainkan supaya ia
mengasihi Allah dan sesamanya. Keempat, dari
segi Soteriologi, manusia tidak dapat menyelamatkan diri dengan dengan memakai
kekuatan rohnya, dan yang diselematkan bukan hanya ‘jiwa’ atau’roh’ manusia,
melainkan manusia dalam keseluruhannya. Dari sudut ini, lawan ‘daging’ bukan
‘roh’,melainkan Roh Allah.[14] Maka hidup di dalam daging artinya hidup di
abwah kendali dan kekuasaan dosa. Hawa nafsu dosa salah satunya, yang juga
ditonjolkan oleh hukum Taurat dengan cara mengingatkan manusia akan
standar-standar Allah terus bekerja dalam anggota-anggota tubuh manusia.
Dikuasai oleh hawa nafsu dosa ini, manusia menghasilkan buah kematian. Di sini
di kematian dipersonifikasikan Artinya kematian abadi (lih 6:21).[15]
And what has caused this release from the old life and this introduction to the
new? Answer : it is that radical double
event called death and resurrection. We died
to the law throught the death of Christ (4a); now we belong to Christ,
having been raisedfrom the dead with him (4b).[16]
2. Dibebaskan
dari hukum Taurat ( ayat 6)
Mengenai
tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari hukumTaurat langsung mengacu pada
ayat 2 dan 4. Sebagaimana seorang istri dibebaskan oleh kematian suaminya dari
ketentuan hukum yang mengikatnya kepada suami itu (ayat 2), begitu pula manusia
oleh kematian dibebaskan dari hukum Taurat. Dalam ayat 5 tadi, hukum Taurat
disebut sebagai perangsang dosa. Di sini dipakai kiasan lain; hukum Taurat
disebut penjara, atau penjaga penjara (bnd. Gal.3:23). Dalam penjara itu orang
berdosa meringkuk tak berdaya, menantikan maut. Kiasan itu mengungkapkan
kenyataan manusia : hukum Taurat tetap menuntut supaya ia melepaskan dosa,
namun hukum itu juga malah merangsang dosa sehingga menjadi semakin banyak.
Hukum Taurat tidak berdaya untuk memusnahkan hawa hawa nafsu dosa. Dibebaskan
dari hukum Taurat di sini sama dengan dibebaskan dari kehidupan daging. Akan
tetapi, barang siapatelah mati bagi hukum Taurat melayani dalam keadaan baru menurut Roh dan bukan dalam
keadaan lama menrut huruf hukum Taurat. Sebagai tafsiran kata-kata ini ada
dua hal yang mencatat tersebut :
1. Dalam
6:4 lihat arti perkataan Yunani kainos,
yang diapakai juga di sini. Maka pasangan kata keadaan baru... keadaan lama
sekali lagi (bnd.ayat 5) mengulang dan menegaskan pertentangan antara waktu
belum mati bersama Kristus (6:4), sehingga kita hamba dosa dengan waktu
sekarang, ketika kita hidup dengan Dia dan menjadi hamba Allah (6:22).
2. Kalau
bersama kabar Baik untuk Masa kini dan Firman Allah yang hidup kita memakai
terjemahan ‘dengan cara lama’, maka cara itu ialah bersusah payah untuk
memenuhi segala perintah hukum taurat, agar dengan demikian kita menjadi benar
di mata Allah.[17]
Sebab
kita telah mati bagi dia yang mengurung kita. Ketika masih di bawah hukum
taurat, orang percaya mati bersama dengan Kristus. Dia mati terhadap tuntutan
hukum Taurat yang mengahruskan penghukuman. Paulus berbicara tentang mati
terhadap hukum Taurat ini di dalam galatia 2:19. Setelah dibebaskan dari hukum
Taurat, terbuka hubungan baru dengan sikap yang baru. Hubungan tersebut ialah
senantiasa menjadi hamba Allah. Ini berarti bahwa kita melayani Allah. Karena
sadar sepenuhnya bahwa kita adalah milik Allah. Dia memiliki kita karena Dia
telah menebus kita.sekarang kita melayani dalam keadaan baru menurut Roh dan
bukan dalam keadaan lama. Atau lebih tepatnya, kita melayani dalam pembaharuan
roh.[18]
Having reached this point, Paul could have gone straight to romans 8, which
elaborates the meaning of life in the Spirit. But the knew that his insistence
on libration from the law would have been so provocative to his Jewish readers
that he must take time to anticipate and answer their objections. This he does
in verses 7-25, which are really a parenthesis between Romans 7:6 and 8:1. He
does not mention the Holy Spirit again throughout the rest of chapter 7.[19]
III.
HUBUNGAN
HUKUM TAURAT DAN DOSA (7-12)
1. Tanpa
Hukum Taurat Mati (7-8)
Apa
yang hendak kita katakan mendahului pernyataan yang mengandung kesimpulan yang
mungkin dapat ditarik oleh pihak tertentu dari kata-kata Paulus sebelumnya.
Dalam kenyataan, kesimpulan seperti itu paasti pernah ditarik oleh musuh-musuh
Paulus. Jangankan menyebut hukum Taurat ‘dosa’, menyatakan bahwa hukum Taurat
itu kedaluwarsa pun adalah hujat. Oleh hukum Taurat orang mengenal dosa (3:20).
Karena hukum itu ‘seluruh dunia jatuh dibawah hukuman Allah (3:19). Kebenaran
Allah telah dinyatakan ‘di luar hukum Taurat’. Hukum taurat itu ‘membangkitkan
murka (4:15) dan menyebabkan ‘pelanggaran menjadi semakin banyak (5:20), bahkan
‘merangsang hawa nafsu dosa’ (7:5). Bukankah semua itu berarti hukum Taurat itu
jahat,dosa?
Maka benarkah tanpa hukum taurat Mati? Sekali-kali tidak!
Artinya, Paulus pun yakin bahwa anggapan itu hanya hujat. Lalu dalam 7b Paulus
mulai menyatakan alasan penolakan itu. Sama sperti dalam 3:31. Yunani alla
(tetapi) harus diterjemahkan ‘sebaliknya’ (bnd. Penjelasan sebelum ini).[20]
Penafsiran ini mengandung akibat bagi pengertian kita mengenai keseluruhan ayat
7-12. Sebab dengan demikian makna perikop itu ialah hukum Taurat tidak
merupakan kuasa yang jahat, sedikit pun tidak. Sebaliknya, hukum Taurat sama
sekali berada di pihak Allah, sehingga hukum itu dapat dinamakan ‘kudus’ (ayat
12).[21]
Justru karena hukum Taurat menghukum orang berdosa dan mengenakan hukuman mati
kepadanya karena dosanya, maka hukum taurat adalah musuh dosa dan dengan
demikian berada di pihak Allah.[22]
Oleh hukum Taurat
aku telah mengenal dosa... dosa telah ada sebelum kedatangan hukum Taurat,
tetapi orang baru mulai sungguh-sungguh memahami artinya dan menyadari
kehadirannya setelah berkenalan dengan hukum Tuhan.
Dalam kalimat berikutnya hukum
(perintah) itu diikhtisarkan dengan perkataan jangan mengingini! Bisa saja kedua perkataan ini merupakan
singkatan perintah yang kesepuluh, sesuai dengan kebiasaan yahudi, yaitu
mengutip ayat atau perikop dengan hanya menyebut kata-kata awalnya.[23]
Paul’s choice of the commandment
he cities inv.7c, “You shall not covet,
or desire” is often thought to reflect his personal history. Gundry, for
instance, emphasizing the sexual connotations of “desire,”argues that Paul
describes his own awakening to sexual lust as an adolescent. However, Pauline
usage dictates a broader meaning of “desire,” encompassing illicit desires of
every kind.[24]
Hal ini dapat di lihat dalam kata-kata dosa...membangkitkan
di dalam diriku rupa-rupa keinginan menimbulkan pertanyaan yang dapat
diajukan juga berhubung dengan ayat 5 atau 7 tadi. Tetapi bila menafsirkan
Alkitab keterangan yang lebih cocok dengan kisah Kejadian 3 dan dengan
pengertian tentang ‘dosa’ dalam seluruh Alkitab ialah adanya larangan dan
perintah itu melukai dan merangsang keangkuhan manusia.
Dosa di sini seolah-olah menjadi tokoh, yang mencari
siasat, yang bertindak, yang menjadi musuh berbahaya. Hal itu membantu kita
menemukan tafsiran tepat bagian terakhir ayat 8, tanpa hukum Taurat dosa mati. ‘Mati’ itu tidak usah ditafsirkan
sebagai ‘tidak’ ada, tidak hadir. Berhubung dengan ayat 9 artinya yang cocok di
sini ialah tak bergerak, tidak giat. Tetapi baru setelah ada ‘perintah’ ia
dapat bangkit dan menyerang-dan membunuh manusia, yaitu menyebabkan ancaman
hukuman mati yang berkaitan dengan perintah/larangan Tuhan (Kej.3:3b) memang
dilaksanakan.[25]
Maka apa yang dikatakan dalam 8-11, mengenai dosa yang mengintai manusia,
menyerang manusia, membunuh manusia, janganlah hendaknya mendorong kita untuk
menyayangi manusia seakan-akan ia merupakan korban peristiwa-peristiwa yang
tidak dikuasai. [26]Jadi
peranan hukum Tuhan ialah menyingkapkan keinginan yang ternyata ada padaku,
sehingga ‘aku mengetahuinya’(7b).[27]
2. Hidup
Dalam Taurat, Dosa Mulai HIDUP (9-11)
Dahulu aku hidup tanpa
hukum Taurat. Aka tetapi sesudah datang perintah itu, dosa mulai
hidup,sebaliknya aku mati. Dan perintah yang seharusnya membawa kepada hidup,
ternyata bagiku justru membawa kepada kematian. Sebab dalam perintah itu,dosa
mendapat kesempatan untuk menipu aku dan oleh perintah itu ia membunuh aku.
Dahulu aku hidup tanpa
hukum taurat, Rasul Paulus di sini berbicara tentang
kesadarannya sendiri akan dosa. Di mana ketika dia masih muda, ia tidak
mengenal isi hukum Taurat, sehingga ketidakpahaman ini tidal terbatas pada
anak-anak saja. Bagi orang muda dan yang tua sekalipun bisa saja lupa akan
hukum taurat. Bahwa dahulunya paulus hidup tanpa hukum Taurat.[28]
Mengapa? Bagaimana itu bisa terjadi? Karena waktu itu bukan hanya Paulus tetapi
kita juga, yang masih hidup di dalam daging. Dengan daging, maksud Paulus,
bukanlah tubuh jasmani. Di dalam manusia selalu ada sesuatu yang membuat kita
lupa akan hukum taurat dan Kristus, sehingga manusia menyediakan ruang bagi
dosa yang Paulus sebut, daging.[29]
Maka sesudah datang perintah itu, dosa mulai hidup, sebaliknya aku mati. Yang
artinya kehidupan itu akan rusak, rohani dan badani; kerusakan itu menyatakan
diri dengan berbagai cara, dan akhirnya memuncak dalam kematian fisik.[30]
Dan perintah seharusnya
membawa kepada hidup, ternyata bagiku justru membawa kepada kematian. Inilah
yang dikatakan oleh Paulus kepada kita bahwa perintah itu seharusnya membawa
kepada hidup. Agar perintah yang dikatakan dalam hukum taurat diikuti dan tidak
membawa kematian. Akan tetapi Paulus mengingatkan agar tetap menjalani segala
perintah tersebut walaupun banyak masalah yang akan terjadi.[31]
Namun, adanya dosa, yang kemudian dibangkitkan oleh perintah itu, menyebabkan
perintah itu malah membawa celaka, bahkan
Ternyata bagiku justru membawa
kepada kematian. Sebab perintah itu mengandung pula ancaman hukuman kalau
dilanggar. Sebab perintah itu mengandung pula ancaman hukuman kalau dilanggar.
Dan dosa menyebabkan ancaman hukuman itu menjadi kenyataan.[32]
Sebab
dalam perintah itu, dosa mendapat kesempatan untuk menipu aku dan oleh perintah
itu ia membunuh aku (ayat 11). Ini merupakan lanjutan dari atas, di mana dalam
awal kata ini,sebab dalam perintah itu,
dosa mendapatkan kesempatan menipu. Menurut Dr.Van den End :dalam bagian
ini Paulus mengulang perkataan dalam 8a. Dari perbandingan dengan 2 Kor.11:3
jelas bahwa di sini ia menyinggung kisah Kej.3, khususnya Kejadian 3:13. Di
situ ular menipu (LAI :memperdayakan) manusia : pertama,dengan menarik perhatiannyaa,dengan melalaikan; kedua, dengan
menyatakan bahwa pelanggaran tidak akan membawa akibat kematian; ketiga, dengan
memutarbalikkan makna perintah dan larangan itu.[33]
Jadi perintah ini juga mengingatkan Paulus bahwa dia tidak hidup
sebagaimana seharusnya, maka dalm ayat ini mengatakan Dosa telah menipu
dirinya. Ketika dia mengerti perintah itu, penipuan dosa menjadi nyata baginya.
Perintah tersebut membuat Paulus sanggup melihat bahwa dosa telah membuat
dirinya mati. Dosa mula-mula menipu dan sesudah itu membunuh.[34]
Urutan
ini menunjukkan bahwa betapa liciknya dosa dan apa sasaranya untuk
menghancurkan kita setiap manusia yang lemah di dalam kedagingan.
3. Hukum
Taurat Adalah Kudus ( Ayat 12 )
Is
the law sin? Of course not! The law is holy, and the commandment is holy and
just and good. Paul introduces this verse as the inference to be drawn from the
true role of the lawin the history that
he has sketched in vv.7b-11.[35]
This brings Paul to the objector’s other question about the law.[36] In
calling the law “holy”, Paul is not describing its demand for holiness but its
origin-it was given by the one who is in his nature “holy”.[37]
Menurut Everett F. Horrison: “pneumatikos
juga dapat diterjemahkan sebagai berkaitan
atau berhubungan dengan Roh.[38]Di
sini Paulus memberikan penghormatan besar terhdapa hukum Taurat. Di mana hukum
Taurat merupakan perangkat hukum yang dihasilkan oleh Roh Allah. Demikian pula
ditambahkannya bahwa perintah-perintah itu benar
dan baik. Arti ‘benar’ tentu berkaitan dengan ‘kebenaran’ yang merupakan
sifat Allah.[39]
Jadi, hukum Taurat itu bersifat
ilahi dan merupakan suara Allah. Hukum Taurat adalah benar (adil dalam
terjemahan Alkitab Bahasa Indonesia “benar” dalam naskah bahasa Yunani,dikaia, yang artinya “adil”). Kita
ketahui, bahwa akar dari gagasan ‘keadilan’ dalam bahasa Yunani ialah
memberikan kepada manusia dan Allah apa yang menjadi hak mereka. Oleh karena
itu, sebenarnya hukum Taurat mengatur segala hubungan yang sempurna dengan
Allah maupun dengan sesamanya manusia. Maka hukum itu Kudus, karena tujuannya
untuk memberikan damai sejahtera dan kesejahteraan manusia agar menjadi baik.[40]
And Calvin : “ In the precepts of the law, God is but the rewarder of perfect
righteousness, which all of us lack, and conversely,the severe judge of evil
deeds. But in Christ his face shines, full of grace and gentleness, even upon
us poor and unworthy sinners”.[41]
Maka Paulus mengatakan bahwa segala
perintah itu benar dan baik sesuai kehendak Allah, agar semua manusia yang
mendengar dan menaatinya akan memperoleh hidup.[42]
KESIMPULAN
Bahwa hidup di dalam Kristus kita di
selamatkan oleh Hukum Taurat. Sehinngga hukum Taurat tidak lagi menghukum kita,
karena dosa kedagingan kita yang kuat. Maka dalam hal Paulus mengingatkan kita,
bahwa kita mati bagu hukum Taurat maka kita juga mati bagi tubuh Kristus.
Sehingga kita dibangkitkan dari antara orang mati, agar kita berbuah bagi Allah
dan kita telah dibebaskan dari Hukum taurat, karena kita telah mati bagi dia.
Jadi hukum taurat adalah kudus dan
perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik di dalam Kristus.
DAFTAR PUSTAKA
Dr.Th. Van den End.
Tafsiran Alkitab Surat Roma. Jakarta:
BPK Gunung Mulia,2010.
Douglas J. Moo.
NICNT The Epistel to The ROMANS. Michigan:
Eerdmans Publishing,1996.
W.Barclay.
Pemahaman Alkitab setiap hari Surat
ROMA. Jakarta:BPK Gunung Mulia,2011.
Everett F. Horrison.
The WYCLIFFE
Bible Commentary.Malang:Gandum Mas,2008.
John Stott.
The Message of
ROMANS.England: Inter-Varsity Press,1994
Cleon Rogers.
LINGUISTIK KEY to the GREEK New
Testament. Michigan : Zondervan Publishing House,1980
Pdt.B.F.Drewes,M.Th.
Kunci bahasa Yunani PB.Jakarta:BPK
Gunung Mulia,2011.
[1]
Pdt.B.F.Drewes,M.Th. Kunci bahasa Yunani
PB.Jakarta:BPK Gunung Mulia,2011. Hal.19
[2] Douglas
J. Moo. NICNT The Epistel to The ROMANS. Michigan:
Eerdmans Publishing,1996. Hal.411-412
[3] John
Stott. The Message of ROMANS. England
: Inter-Varsity Press. Hal.193
[4] Everett
F. Harrison. The WYCLIFFE Bible
Commentary.Malang:Gandum Mas,2008. Hal.550
[5] Douglas
J. Moo. NICNT The Epistel to The ROMANS. Michigan:
Eerdmans Publishing,1996 Hal.412-413.
[6] John
Stott.The Message of ROMANS.England:
Inter-Varsity Press,1994. Hal.193
[7] Cleon
Rogers.LINGUISTIK KEY to the GREEK New
Testament. Michigan : Zondervan Publishing House,1980, Hal.363.
[8] Dr. Th.
Van den End. Tafsiran Alkitab SURAT ROMA.
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010. Hal.348-349
[9] Everet
F.Harrison. The WYCLIFFE Bible
Commentary. Malang:Gandum Mas,2008. Hal. 550
[10]
Dr.Th.van den End.tafsiran Alkitab Surat
ROMA. Jakarta: BPK Gunung Mulia,2011 Hal.350
[11] Everet
F. Harrison. The WYCLIFFE Bible
Commentary.Malang:Gandum Mas,2008. Hal.550.
[12] Douglas
J. Moo. NICNT The Epistel to The ROMANS. Michigan:
Eerdmans Publishing,1996 Hal.417-418
[13] John
Stott. The Message of ROMANS.England:
Inter-Varsity Press,1994. Hal.195
[14] Dr.Th.
van den End. Tafsiran Alkitab SURAT ROMA.
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010.Hal.352
[15] Everett
Harrison. The WYCLIFFE Bible Commentary.Malang:Gandum
Mas,2008. Hal.550
[16] John
Stott. The Message of ROMANS.England:
Inter-Varsity Press,1994. Hal.196-197
[17] The van
den End. Tafsiran Alkitab SURAT ROMA. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2010. Hal. 356-357
[18] Everret
Harrison. The WYCLIFFE Bible Commentary.Malang:Gandum
Mas,2008. Hal.550-551
[19] John
Stott. The Message of ROMANS.England:
Inter-Varsity Press,1994. Hal.197
[20] Dr.Van
den End. Tafsiran Alkitab SURAT ROMA. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2010. Hal.363.
[21] John
Stott. The Message of ROMANS.England:
Inter-Varsity Press,1994. Hal.198
[22] Dr.van
den End Tafsiran Alkitab SURAT ROMA. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2010.Hal.364
[23] Ibid.
Hal. 365
[24] Douglas
J. Moo. NICNT The Epistel to The ROMANS. Michigan:
Eerdmans Publishing,1996 Hal.434
[25] Dr.Van
den End. Tafsiran Alkitab SURAT ROMA. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2010. Hal.368
[26]
Harrison. The WYCLIFFE Bible Commentary.Malang:Gandum
Mas,2008.Hal. 550
[27] John
Stott. The Message of ROMANS.England:
Inter-Varsity Press,1994. Hal.200-201
[28] Opcit.
Hal. 550
[29]
W.Barclay. Pemahaman Alkitab setiap hari
Surat ROMA. Jakarta:BPK Gunung Mulia,2011. Hal.145
[30] Dr.Th.
van den End. Tafsiran Alkitab SURAT ROMA.
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010 Hal.368
[31]
W.Barclay. Pemahaman Alkitab setiap hari
Surat ROMA. Jakarta:BPK Gunung Mulia,2011. Hal.150
[32] Dr. Van
den End. Tafsiran Alkitab SURAT ROMA. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2010. Hal. 370
[33] Dr.van
den End. Tafsiran Alkitab SURAT ROMA. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2010.Hal.370
[34] Everett
F.Harrison. The WYCLIFFE Bible
Commentary.Malang:Gandum Mas,2008. Hal. 552
[35] Douglas
J. Moo. NICNT The Epistel to The ROMANS. Michigan:
Eerdmans Publishing,1996 Hal.440
[36] John
Stott. The Message of ROMANS.England:
Inter-Varsity Press,1994. Hal. 204
[37] Opcit.
Hal. 440-441
[38] Everett
F. Horrison. The WYCLIFFE Bible
Commentary.Malang:Gandum Mas,2008. Hal.552.
[39] Dr.van
den End. Tafsiran Alkitab SURAT ROMA. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2010. Hal.371
[40]
W.Barclay.Pemahaman Alkitab setiap hari
Surat ROMA. Jakarta:BPK Gunung Mulia,2011. Hal. 145.
[41] Douglas
J. Moo. NICNT The Epistel to The ROMANS. Michigan:
Eerdmans Publishing,1996. Hal.441.
[42] Dr,Th.
Van den End. Tafsiran Alkitab Surat Roma.
Jakarta: BPK Gunung Mulia,2010. Hal. 371.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar