Selasa, 21 Oktober 2014

TAFSIRAN 1 TIMOTIUS 2:1-15

 PEMBAHASAN
          
I.                   PRAYER (2:1-7)

1.      Nasehat Paulus kepada Timotius (1-2)
Dalam nats ini, kita akan melihat Nasehat yang diberikan Paulus kepada Timotius. Yang mana dikatakan dalam Ayat pertama : “Pertama-tama aku menasihatkan : Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang”. Jika kita melihat dari perintah atau pun pesan Paulus tersebut dapat kita bagi tiga. Tapi sebelumnya kita harus melihat apa yang dimaksudkan dengan Pertama-tama aku menasihatkan? πρωτον παντων (Pertama-tama). Ini merupakan  konsekwensi dari apa yang ditulis di Pasal 1. Setelah Paulus dalam pasal 1 menempatkan Injil keselamatan dan rahmat Allah di pusat perhatian dan memberikan tugas kepada Timotius untuk memberantas penyimpangan-penyimpangan pada ajaran-ajaran sesat.[1] Timothy merupakan terdiri dari instruksi tentang ibadah umum, bahwa disini juga ditekankan dengan kata menasehati atau memohon. Ini menunjukkan peringatan yang mendesak oleh Paulus sehingga dengan kata pertama-tama mungkin menekankan keutamaan yang penting bukan waktunya akan tetapi Paulus mengatakan bagian yang paling penting dari ibadah umum adalah doa.
            Paulus telah menyampaikan perintah atau peringatan kepada Timotius maka yang dilakukan oleh Timotius adalah :
1.      Naikkanlah permohonan; kata ini bukan khusus untuk bahasa keagamaan; kata ini dapat digunakan untuk suatu permintaan, baik kepada teman maupun kepada Allah. Doa berawal dari adanya rasa membutuhkan dari pengakuan bahwa kita tidak dapat menjalani kehidupan ini sendiri kalau tidak dengan doa. [2] Semua doa yang benar dimulai dalam arti kebutuhan dan melibatkan keinginan yang mendalam meskipun tidak harus berhenti di situ. Tuhan ingin kita untuk membawa “permintaan” kita kepadaNya, dan Ia selalu mendengarkan segala permohonan kita. [3]
2.      Doa Syafaat;(ἐν-τευξιϛ). Ini merupakan istilah yang paling umum untuk  berkomunikasi dengan permohonan dan permintaan syafaat kepada Allah, dan mencakup semua aspek doa dari permohonan untuk ucapan syukur. [4]Kata ini paling menarik di antara tiga kata yang lain karena mempunyai sejarah yang sangat menarik. Yang mana dalam kata aslinya “menemui”, atau “berjumpa dengan seseorang”, kemudian berkembang menjadi ‘melakukan pembicaraan akrab dengan seseorang’, dan akhirnya mendapatkan makna khusus, yaitu memasuki hadirat raja dan υχαmengajukan permohonan kepadaNya.[5] Maka dari itu bahwa disini terlihat betapa pentingnya Doa syafaat didalam kehidupan ini, bahwa Doa merupakan hal yang sangat terpenting yang harus dimiliki oleh setiap orang yang hidup di dalam Kristus. Sama seperti Paulus yang mengingatkan Timotius agar didalam ibadah umum mengajari dan mendorong jemaat untuk memiliki Kuasa Doa ini.
3.      Ucapan Syukur; thanksgiving (ευχαριστια).Merupakan doa-doa yang mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan. Surat-surat Paulus kepada Gereja merupakan ungkapan bagaimana dasar ucapan syukur adalah merupakan yang harus di praktekkan.[6] Doa tidak hanya berarti memohon sesuatu kepada Allah, tetapi bersyukur kepada Allah atas segala sesuatu yang telah diberikan. Paulus pada masa hidupnya dia selalu bersyukur kepada Allah didalam segala perjalanan hidupnya dalam membritakan firman Tuhan dan pelayanannya di Jemaat-jemaat. Begitu juga didalam kehidupan kita, banyak di antara kita berdoa untuk mengeluh, sedangkan seharusnya untuk bersyukur. Epictetus bukan orang Kristen, tetapi seorang filsuf Stoa; ia berkata, “Sebagai orang tua kurus yang pincang, apakah yang dapat aku lakukan, kecuali memuliakan Allah?” Kita berhak membawa segala kebutuhan kita kepada Allah,namun kita juga wajib bersyukur kepada-Nya.[7]
Inilah merupakan nasehat Paulus kepada Timotius yang dimana Timotius diberikan kepercayaan oleh Paulus sesuai dengan apa yang telah dinebuatkan tentang dirinya timotius, supaya dikuatkan untuk memperjuangkan perjuangan yang baik dengan Iman dan hati nurani yang murni. Di mana dalam ayat sebelumnya Paulus memberikan tugas kepada Timotius (1:18-20). Dengan 3 Doa tersebut merupakan pesan untuk dilakukan Timotius bagi semua orang. Tentu akan muncul pertanyaan. Siapa itu semua orang?
Untuk Raja-raja dan untuk semua pembesar, Paulus menyebutkan ini karena orang-orang Kristen mungkin memiliki alasan yang baik untuk membenci mereka yang tidak mempercayai Kristen. Semua Hakim dari hari ke hari selalu menentang Kristus.[8]Paulus juga mengarahkan gereja-gereja untuk berdoa bagi raja dan semua pihak yang berwenang agar intruksi yang luar biasa ini dilakukan karena pada saat itu tidak ada penguasa atau pemimpin gereja di mana saja di dunia.[9] Hal ini merupakan prinsip pokok doa persekutuan Kristen. Jika dilihat pada masa kaisar dulu merupakan penganiaya dan para penguasa merupakan pihak yang memutuskan untuk memusnahkan kekristenan. Namun, Gereja Krsiten tidak pernah berhenti berdoa bagi mereka, bahkan ketika gereja berada dalam penganiayaan yang paling pahit sekalipun.
Tertulianus mendesak agar bagi kaisar, umat Kristen berdoa untuk “ umur panjang, keamanan Negara, keselamatan istana, dan anggota senat yang dipercaya, rakyat yang jujur dan perdamaian dunia (Apologi 30).selanjutnya ia menulis: “Umat Kristen bukan musuh siapa pun, termasuk kaisar sebab kita tahu bahwa karena ia dipilih oleh Allah, kita harus mengasihi, menghormati, memuliakan dan merindukan keselamatannya bersama-sama dengan seluruh Kekaisaran Romawi. Oleh karena itu kita berkorban untuk keselamatan kaisar[10]. Gereja pun beranggapan bahwa dengan mendoakan mereka para raja-raja dan pihak yang berwenang maka orang-orang Kristen pada saat itu akan mendapat hidup tenang dan tenteram. Gereja selalu beranggapan bahwa berdoa untuk mereka adalah tugas wajib, begitu juga di dalam segala kehidupan kita pada saat ini dan juga tetap memohonkan anugerah Allah bahkan bagi orang-orang yang penganiyaya umat Kristen.
Perintah semacam ini sudah dikenal di dalam Perjanjian Lama, bahkan pada masa pembuangan Babel:”Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan, sebab kesejateraan-nya adalah kesejahteraanmu (Yer 29:7). Alasan tersebut itu juga dikemukakan Paulus dalam ayat ini :Agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan. Ini merupakan kalimat Paulus agar mereka mendoakan pemerintahan yang baik, supaya rakyatnya memperoleh kesejahteraan. Tetapi kelebihan nasihat Paulus adalah, bahwa doa syafaat yang ia anjurkan juga dimaksudkan untuk keselamatan jiwa para penguasanya. Hidup tenang dan tenteram, ayat 2 ini bukan tujuan akhir dari doa syafaat untuk para penguasa, melainkan sarana untuk mencapai suatu hal yang lebih tinggi : dalam keadaan sejahtera(hidup tenang dan tenteram) yang dimungkinkan oleh pemerintahan yang baik, gereja mendapat kesempatan untuk menunaikan tugasnya dengan baik.[11]

2.      Allah menghendaki semua orang ( 3-4 )
Dalam nats ini Paulus melanjutkan langsung untuk menunjukkan bahwa doa untuk keselamatan semua perjanjian sesuai kehendak Allah. Apa yang dimaksud dengan kehendak Allah?
            Semua orang diselamatkan dan memproleh pengetahuan akan kebenaran, mengapa hal ini dilakukan? Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan.
  Pertama, Kata kerja “akan” harus dipahami dalam arti kuat sebagai menunjukkan kehendak Tuhan. Dalam pernyataan ini terlihat bahwa tujuan Allah bagi umat manusia itu terlihat sangat jelas dan respon manusia terhadap Injil tidak diminimalkan dengan proses yang baik. Ini merupakan niat yang Universal dilakukan Allah kepada manusia untuk mengetahui pertentangan antara beberapa bentuk eksklusivisme yang terutama didalam pikiran manusia.[12]
Kedua, Kata yang dapat diperhatikan adalah kata kerja “diselamatkan”berarti disini untuk dipertahankan secara fisik daripada diselamatkan secara rohani dan moral. Karena beberapa berpikir itu memiliki arti di tempat lain (2:15;4:10).
Dari hal diatas bahwa ada 2 kata yang dapat memberikan pengertian penting bagi kita, dimana arti akan dipahami sebagai Kehendak Tuhan dan diselamatkan dipertahankan atau dikuatkan secara fisik daripada diselamatkan secara rohani. Oleh sebab itu memproleh pengetahuan akan kebenaran menunjuk kepada usaha pekabaran Injil. Kata kebenaran dalam surat-surat Pastoral sering dipakai dalam arti Kebenaran Injil (II Tim 2:25; 3:7; Tit 1:1; bdk Gal 2:5,14). Menarik untuk dilihat, bahwa pemerintah di sini dianggap sebagai melayani perkembangan Kerajaan Allah di dunia.[13] Dengan hal ini Allah menginginkan agar melalui kesaksian ini semua orang dapat diselamatkan dan memperoleh suatu pemahaman mengenai kebenaran. Akan tetapi tidak boleh ditafsirkan sebagai berarti “telah ditetapkan” sebab tidak semua orang selamat.

3.      Yesus sebagai tebusan (5-6)
Mengapa Yesus sebagai penebusan dikatakan dalam nats ini? Karena Allah itu Esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan Manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, yang telah meyerahkan diriNya sebagai tebusan bagi semua manusia.
Kalau melihat firman di atas dapat kita bagi untuk memahami bagaimana Yesus dikatakan sebagai penebusan. Pertama (Karena Allah itu Esa),kata ini paling banyak kita temukan di dalam Perjanjian Lama yang mana dikatakan didalam Yesaya 45:21,22 :
“…tidak ada Allah selain daripadaKu! Allah yang adil dan Juruselamat, tidak ada yang lain kecuali Aku!
Berpalinglah kepadaKu dan biarkanlah dirimu diselamatkan, hai ujung-ujung bumi! Sebab Akulah Allah
Dan tidak ada yang lain.’’
Dari hal diatas bahwa keesaan Allah, Juruselamat kita, ia sampai pada keesaan Pengantaraan : dan esa pula Dia yang menjadi pengentara antara Allah dan manusia, Yaitu manusia Kristus Yesus. Bukan lagi Musa yang menjadi pengentara (Gal.3:19), bukan pula imam besar Yahudi (Ibr.8:6), maupun malaikat-malaikat (Kol.3:19) atau aeon-aeon di dalam ajaran Gnostik, melainkan Yesus. Yaitu manusia Kristus Yesus – pengentara itu adalah sungguh-sungguh manusia yang Kemanusiaan Yesus dititik beratkan untuk melawan ajaran Gnostik[14]. μεσιτης (pengentara) merupakan arti dasar dari merites yang mana adalah menghalang-halangi untuk membuat baik atau memulihkan perdamaian dan persahabatan.[15] Thayer juga mengatakan bahwa Kristus disebut pengantara antara Allah dan laki-laki’ karena oleh kematiannya dan mengembalikkan harmoni antara Allah dan manusia yang berdosa atau manusia yang telah rusak. Keesaan Allah secara khusus “One Mediator” yang menyelesaikan rencana universal Allah.
Kemudian Paulus menyatakan empat macam tentang jabatan Kristus yang telah menyerahkan hidup-Nya menjadi tebusan bagi semua orang. Itu berarti bahwa untuk membawa manusia kemnali kepada-Nya, Allah telah membayar dengan kehidupan dan kematian Anak-Nya. Pertama, Ia adalah pemberita Kisah Yesus Kristus. Pemberita adalah orang yang membuat pernyataan dan berkata: “Ini benar” Dialah orang yang membawa pengumuman, bukan dari dirinya, melainkan dari sang Raja. Kedua, Ia adalah saksi atas kisah Kristus. Saksi adalah orang yang berkata : “Ini benar dan aku mengetahuinya” dan juga berkata : “Hal ini betul-betul terjadi”. Ketiga, Ia adalah seorang utusan (LAI=rasul). Utusan adalah seseorang yang bertugas memperkenalkan negaranya di luar negeri. Ia ingin mengkomunikasikan cerita firman Tuhan kepada orang lain sehingga mereka dapat menerimanya.Keempat, Ia adalah pengajar yang membimbing orang lain agar mengerti.
4.      Kesaksian dan panggilan Paulus (7)
Kata-kata Itu kesaksian pada waktu yang ditentukan adalah bagian dari pemikiran theologies yang berulang kali diucapkan dalam surat-surat Paulus, yaitu bahwa Allah sebelum permulaan dunia sudah menetapkan keselamatan dalam Yesus Kristus, tetapi berabad-abad lamanya merahasiakn rencana itu dan baru sekarang, pada waktu ditentukan, menyatakannya di dalam Kristus dan pemberita Injil (bdk Rom.16:25;I Kor.2:7;Ef.3:9,10).[16] “Untuk (kesaksian) itulah aku ditetapkan sebagai pemberita dan Rasul…” Penekanan dan pujian Paulus atas jabatannya menunjukkan arah pemikirannya: karena kesaksian mengenai Injil Krsitus, dan demi keberhasilan kesaksian itulah dia mengajak orang berdoa.[17] Berulangkali dalam surat-suratnya Paulus mengatakan bahwa ia telah ditetapkan sebagai Rasul oleh Tuhan Yesus sendiri. Ini perlu untuk menanggapi lawan-lawannya yang senantiasa meragukan kerasulan Paulus. Bahkan untuk memperkuat pernyataanya ini, ia berkata yang kukatakan ini benar, aku tidak berdusta. Dan sebagai pengajar orang-orang bukan ‘Yahudi- ini menunjuk kepada permufakatan antar Rasul yang dicapai di Yerusalem: kepada Paulus dipercayakan pemberitaan Injil untuk orang-orang bukan Yahudi, sedangkan kepada Petrus untuk orang-orang Yahudi (Gal.2:7). Dalam iman dan kebenaran- isiiman, yaitu Injil yang dipercayakan kepada Paulus dan diajarkan olehnya, adalah satu-satunya kebenaran, yang harus di tegakkan terhadap ajaran-ajaran sesat. Itulah sebabnya Paulus menulis begitu banyak surat untuk membina suart-surat Pastoral untuk memantapkan ajaran gereja terhadap ajaran-ajaran sesat.[18]

II.                PERAN PRIA DAN WANITA DALAM IBADAH (8-15)
1.      Pria dan Doa Mereka (8)
Sebelum kita melihat Apa yang dimaksudkan dengan Pria dan Doa mereka, maka terlebih dahulu yang harus dilihat dari Nats ini adalah: Oleh karena itu aku ingin – kata-kata oleh karena itu tidak hanya menunjuk kepada anjuran doa dalam ayat-ayat sebelumnya, melainkan juga kepada kehendak Paulus sebagai pengajar dalam iman dan kebenaran (2:7) untuk memberikan pentunjuk-petunjuk itu dengan uraian tentang sikap doa yang benar.[19] Di sini akan dilihat tiga karakteristik universal doa umum, dari ungkapa mereka yang negative : Dosa, kemarahan dan pertengkaran.  Maka dalam kalimat selanjutnya dikatakan supaya di mana-mana orang laki-laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan tanpa perselisihan. Jadi, tidak ada gunanya untuk menadahkan tangan kepada Allah dalam doa jika mencemarkan diri dengan Dosa.[20]
Dalam orang-orang Yahudi mereka memiliki tradisi untuk berdoa dengan mengangkat tangan ke atas(1 Raj. 8:22;Maz.28:2;Yes1:15) dan kebiasaan ini diambil-alih oleh orang-orang Kristen pertama. Di sini  terlihat bahwa Paulus memberikan suatu ungkapan agar setiap laki-laki yang berdoa dengan menadahkan tangan ataupun mengangkat tangan dengan sungguh-sungguh harus dengan tangan yang suci (suci ;holy;όσίους) yang mana baik dalam perbuatan, tanpa marah ( dalam bahasa Yunani οργης : without wrath,  di dalam hati tanpa murka dalam pergaulan dengan sesama manusia dan tanpa perselisihan. Kesucian hidup di dalam Pria dan doanya ini diperlukan, agar supaya doa-doa itu berkenan kepada Allah. Paulus juga mengingatkan orang itu harus memperbaiki lebih dahulu hubungannya dengan orang lain, sebelum Tuhan berkenan mendengar doa-doanya.[21]
                                                                                           

2.      Wanita dan Perhiasan mereka ( 9-10 )
Demikian juga hendaknya perempuan. Hendaklah ia berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana, rambutnya jangan berkepang-kepang jangan memakai emas atau mutiara ataupun pakaian yang mahal-mahal, tetapi hendaklah ia berdandan dengan perbuatan baik, seperti yang layak bagi perempuan yang beribadah.
            Ungkapan demikian juga merupakan ungkapan yang meneruskan kepada kaum perempuan apa yang telah dikatakan kapada kaum laki-laki sebelumnya, yaitu bahwa hidup mereka harus bercirikan doa dan pengabdian kepada Injil.[22] Bedanya ialah bahwa kesucian hidup bagi laki-laki lebih tercermin pada aktivitas(bdk”tangan”,”marah” di ay 8), sedangkan bagi perempuan pada penampilan yang pasif halus : Cara ia berbusana (berdandan dengan pantas,dengan sopan dan sederhana), memangkas rambut (rambutnya jangan berkepang-kepang) dan menghias diri (jangan memakai emas atau mutiara).[23] Paulus mengatakan hal demikian bahwa banyak perempuan menarik perhatian mereka dengan cara penampilan dan berpakaian dalam ibadah. Mengingat hal itu bahwa banyak perempuan memiliki kebebasan yang tidak perlu diragukan lagi dalam hal penampilan dan Paulus juga memberikan nasihat untuk kerendahan hati, kesopanan dan kepatuhan, yang mana semuanya merupakan pemborosan dalam gaya rambut, perhiasan dan pakaian. Paul tidak ingin dengan hal-hal ini, tetapi Paul menginginkan nilai yang besar dari kehidupan saleh. Dengan kata lain perbuatan baik harus menjadi penglihatan yang lebih dari penampilan luar.[24] Dengan anjuran ini Paulus tidak bermaksud mengatakan, bahwa wanita tidak boleh berbusana baik dan menghias diri, melainkan bahwa keindahan utama yang utama dikejar adalah keindahan batin.[25] Setiap penampilan lahiriah mencerminkan keadaan batin orang. Seperti yang layak bagi perempuan yang beribadah mengingatkan pada 1 Petr.3:5. Maka kesucian hidup inilah hendaknya menyertai pelaksanaan doa wanita-wanita beriman.[26]

3.      Wanita dan peran mereka ( 11-15 )
Setelah di ayat 10 Paulus membahas kesucian hidup yang diperlukan wanita bagi pelaksanaan doa, kini dalam ayat 11,12 ia membahas sikap yang layak bagi wanita di dalam ibadah jemaat : sikap penurut dan tidak memerintah. Seharusnya perempuan berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh[27]. Kegiatan mengajar dipandang sebagai suatu bentuk memerintah. Yang mempunyai fungsi mengajar dan memerintah (παρ-αγγελλε imper..παραγγελλω memerintahkan, mengatur;pres.iter.;imper.ay.11 s/d 16 dengan arti terus-menerus atau berulang kali) di dalam jemaat adalah kaum pria.[28] Hal ini diterangkan dengan lebih jelas oleh Paulus di 1 Kor.14:34,35 “Sama seperti dalam semua jemaat orang-orang kudus, perempuan-perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan jemaat. Sebab mereka tidak diperbolehkan untuk bicara”.[29] Mereka harus menundukkan diri, seperti yang dikatakan oleh hukum Taurat, jika mereka ingin mengetahui sesuatu, baiklah mereka menanyakan kepada suaminya di rumah. Sebab tidak sopan bagi perempuan untuk berbicara dalam pertemuan jemaat. Kata-kata “sebab tidak sopan” menunjukkan bahwa Paulus di dalam menntukan kelayakan sikap wanita dalam ibadah jemaat, bertolak dari adat istiadat zaman itu, terutama adat istiadat Yahudi. Pada dasarnya adat istiadat ini dipengaruhi oleh pandangan theologis yang terambil dari Perjanjian Lama, yang mana hal ini akan Nampak dalam ayat berikutnya yaitu :[30]
Ayat 13,14;Karena Adam yang pertama dijadikan, kemudian barulah Hawa. Lagipula bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa. Kalimat yang pertama, yang memperlihatkan urutan kedua dari Hawa (Adamyang pertama dijadikan, kemudian barulah Hawa), mengingatkan akan fungsinya sebagai “penolong” bagi Adam (Kej.2:18) dan istilah “penolong” ini mudah diinterpretasikan seakan-akan kedudukan wanita dari semula memang lebih rendah dari pada pria dan wanita harus tunduk kepada pria.
Kata “penolong: di Kej 2.18 sebenarnya berarti, bahwa Adam (dan kaum pria) mempunyai beberapa kelemahan, sehingga perlu ditolong oleh Hawa (dan kaum wanita) yang mempunyai kelebihan dalam hal-hal itu. Tidak benarlah bahwa hanya kaum pria yang kuat dan perlu menolong kaum wanita yang lemah. Kedua belah pihak ada kelemahannya dan perlu saling menolong dan saling melengkapi.[31]
Apalagi setelah manusia di Taman Eden jatuh ke dalam dosa, maka kedudukan wanita menjadi buruk dan bergantung pada pria. Salah satu hukuman yang menimpa Hawa yaitu dalam Kej.3:16. Kalimat ini tidak hanya menjadi kenyataan dalam sejarah manusia, tetapi juga dimantapkan dalam adat istiadat Yahudi. Bahwa dalam hal ini Paulus dalam merumuskan sikap bagaimana yang layak bagi wanita di dalam jemaat, bertolak dari adat istiadat Yahudi dan pandangan theologies yang berlaku pada zaman itu. Tetapi tidak tepatlah, kalau orang pada zaman sekarang membenarkan pandangan tentang kedudukan rendah dari wanita di dalam gereja dan masyarakat, dengan ayat-ayat di atas. Paulus sendiri mengajar, bahwa Allah dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan manusia dengan dirinNya (II Kor.5:18) dan bahwa Kristus telah menebus manusia dari kutuk Taurat atas dosa (Gal.3:13),juga dari kutuk yang menimpa Hawa dan menjadikan perempuan dikuasai oleh laki-laki (Kej.3:16).[32]
Persamaan hal antara laki-laki dan perempuan dengan sendirinya akan timbul,manakala roh kasih dengan sungguh-sungguh menguasai suatu lingkungan. Sebaliknya, bilamana roh kasih itu tidak ada, maka biarpun wanita secara hukum diberikan persamaan hak dengan pria, dalam bentuk praktek akan terjadi penguasaan dari yang lemah oleh yang kuat.[33]
Tetapi perempuan akan diselamatkan karena melahirkan anak, asal ia bertekun dalam iman dan kasih dan pengudusan dengan segala kesederhanaan ( 15 ). Paulus mengatakan bahwa bagi wanita juga ada keselamatan. Ini diungkapkannya dengan kata-kata Tetapi perempuan akan diselamatkan;( but women will be saved). Yang menjadi syarat untuk keselamatan itu ialah : asal ia bertekun dalam iman dan kasih dan pengudusan. Ketekunan ini diperlukan, karena ada perempuan-perempuan[34] yang tidak bertekun dalam jalan keselamatan ( I Tim.5:8,11,13;II Tim.3:6).[35] Iman dan kasih disebut bersama-sama, karena mereka merupakan satu kesatuan yang erat (bdk 1 Tim1:5). Pengudusan pun merupakan suatu kesatuan yang erat dengan iman. Di mana oleh iman orang dipersekutukan dengan Kristus, maka di situ ia akan hidup dalam pengudusan. Syarat keselamatan di atas juga berlaku untuk kaum pria bukan hanya oleh kaum wanita[36].
Dengan segala kesederhanaan- merupkan kalimat akhir dari nats ini, kesederhanaan di sini adalah bahwa wanita yang dianjurkan oleh Paulus untuk memiliki iman dan pengudusan.[37]








KESIMPULAN
Dengan demikian, Paulus memberikan suatu perintah ataupun ungkapan kepada semua Gereja dan Jemaat, bahwa betapa pentingnya Ibadah yang baik dan Doa untuk dimiliki oleh setiap orang yang hidup berkenan kepada Allah. Paulus juga mengatakan bahwa Pria dalam beribadah dan berdoa harus memiliki penguasaan diri dan kudus agar ibadahanya dapat berkenan di hadapan Allah begitu juga wanita dengan kesederhanaan dan tidak menunjukkan kemewahan yang berlebihan dalam berpakaian dan menghiasi diri itu sangat penting. Dalam bagian terakhir ini bahwa dengan adanya wanita maka keselamatan itu benar-benar ada. Yaitu melalui Maria yang melahirkan Kristus sebagai Juruselamat kita.



[1] Dr.R.Budiman. Tafsiran Alkitab Surat-surat Pastoral 1 & 2 Timotiusdan Titus. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989. Hal. 17
[2] Barclay William. Pemahaman Alkitab Setiap Hari 1&2Timotius. Jakarta : BPK Gunung Mulia,2006. Hal.91-92.
[3] Hiebert Edmond .D. The Expositor’s BibleCommentary. Michigan : Zondervan Publishing House,1984. Hal. 131.
[4] Towner. H . Philip. The Letters to TIMOTHY and TITUS. Michigan : NICNT,2006. Hal. 166
[5] Opcit. Barclay William. Hal.92
[6] Opcit. Towner.H.Philip.Hal.166
[7] Barclay William. Pemahaman Alkitab setiap hari 1 & 2 Timotius. Jakarta: BPK Gunung Mulia,2006. Hal.93
[8] Packer. J.I. 1 & 2 Timothy & Titus CALVIN. England: Crossway Books,1998. Hal.37
[9] John Stott. The Message of Timothy & Titus. England: Inter Varsity Press,1996. Hal.62
[10] W.Barclay. Pemahaman Alkitab setiap hari 1 & 2 Timotius. Jakarta: BPK Gunung Mulia,2006. Hal. 94-96
[11] Dr.R.Budiman.Tafsiran Alkitab Surat-surat Pastoral 1&2 Timotius dan titus. Jakarta:BPK Gunung Mulia,1989. Hal.18
[12] Philip H. Towner. The Letters to TIMOTHY and TITUS. Michigan : NICNT, 2006. Hal. 177
[13] Dr.R.Budiman.Tafsiran surat Pastoral 1 & 2 Timotius. Jakarta: BPK Gunung Mulia,1989. Hal.19
[14] J.I.Paccker.1&2 Timothy and Titus Calvin. England:Crossway,1998.Hal.38-39
[15] Philip H. Towner. The letters to TIMOTHY and TITUS.England:NICNT,2006.Hal.179
[16] Dr. R. Budiman. Tafsiran Alkitab Surat-surat Pastoral 1 & 2 Timotius dan Titus. Jakarta:BPK Gunung Mulia,1989. Hal.20
[17] Everet F.Harrison. The WYCLIFFE Bible Comentary. Malang:Gandum Mas,2008,Hal. 868
[18] Dr.R.Budiman. Tafsiran Alkitab Surat-surat Pastoral 1 & 2 Timotius dan Titus. Jakarta:BPK Gunung Mulia,1989. Hal.21.
[19] Ibid.21-22.
[20] John Stott. The Message of 1Timothy & Titus. England : Inter-Varsity Press, 1996. Hal. 82
[21] Dr.Budiman. Tafsiran Alkitab Surat-surat Pastoral 1 & 2 Timotius.Jakarta:BPK Gunung Mulia,1989.Hal.22
[22] Everet F. Harrison. The WYCLIFFE Bible Comentary. Malang:Gandum Mas,2008. Hal. 868.
[23] Opcit.Dr.R.Budiman.Hal.22
[24] D.A.Carson. New Bible Commentary. England : Inter-Versity Press,2011. Hal.1297.
[25] Opcit.Dr.R.Budiman.Hal.22
[26] Ibid.Hal.22
[27] J.I.Packer. 1 & 2 Timothy dan Titus. England:Crossway Books,1998. Hal.47
[28] Philip H. Towner. The letters to TIMOTHY and TITUS.England:NICNT,2006. Hal.213
[29] William Barclay. Pemahaman Isi Alkitab setiap hari 1 & 2Timotius. Jakarta:BPK Gunung Mulia,2006. Hal. 107.
[30] D.Edmond Hiebert. The Expositor’s Bible Commentary. Michigan: Zondervan Publishing House,1996.Hal.136.
[31] Dr.Budiman. Tafsiran Alkitab 1 & 2 Timotius dan Titus. Jakarta:BPK Gunung Mulia,2011.24.
[32] Dr.R.Budiman.Tafsiran Alkitab 1&2 Timotius and Titus. Jakarta:BPK Gunung Mulia,2011.Hal.24.
[33] J.I.Paccker.1&2 Timothy and Titus Calvin. England:Crossway,1998. Hal.48-49.
[34] Philip H. Towner.The Letters to TIMOTHY and TITUS. Michigan:NICNT,2006. Hal.234-235.
[35] Opcit.Budiman.hal.24
[36] LAI.Tafsiran Alkitab masa kini 3 Matius-wahyu.Jakarta:Bina Kasih,2012. Hal.692.
[37] R.Budiman.Surat-surat Pastoral 1&2 Timotius dan Titus. Jakarta:BPK Gunung Mulia,2011. Hal. 24.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar