PEMBAHASAN
I.
PRAYER
(2:1-7)
1. Nasehat
Paulus kepada Timotius (1-2)
Dalam nats ini, kita akan melihat Nasehat yang
diberikan Paulus kepada Timotius. Yang mana dikatakan dalam Ayat pertama :
“Pertama-tama aku menasihatkan : Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan
syukur untuk semua orang”. Jika kita melihat dari perintah atau pun pesan
Paulus tersebut dapat kita bagi tiga. Tapi sebelumnya kita harus melihat apa
yang dimaksudkan dengan Pertama-tama aku menasihatkan? πρωτον παντων
(Pertama-tama). Ini merupakan
konsekwensi dari apa yang ditulis di Pasal 1. Setelah Paulus dalam pasal
1 menempatkan Injil keselamatan dan rahmat Allah di pusat perhatian dan
memberikan tugas kepada Timotius untuk memberantas penyimpangan-penyimpangan
pada ajaran-ajaran sesat.[1] Timothy
merupakan terdiri dari instruksi tentang ibadah umum, bahwa disini juga
ditekankan dengan kata menasehati atau memohon. Ini menunjukkan peringatan yang
mendesak oleh Paulus sehingga dengan kata pertama-tama mungkin menekankan
keutamaan yang penting bukan waktunya akan tetapi Paulus mengatakan bagian yang
paling penting dari ibadah umum adalah doa.
Paulus telah menyampaikan perintah
atau peringatan kepada Timotius maka yang dilakukan oleh Timotius adalah :
1. Naikkanlah
permohonan; kata ini bukan khusus untuk bahasa keagamaan; kata ini dapat
digunakan untuk suatu permintaan, baik kepada teman maupun kepada Allah. Doa
berawal dari adanya rasa membutuhkan dari pengakuan bahwa kita tidak dapat
menjalani kehidupan ini sendiri kalau tidak dengan doa. [2]
Semua doa yang benar dimulai dalam arti kebutuhan dan melibatkan keinginan yang
mendalam meskipun tidak harus berhenti di situ. Tuhan ingin kita untuk membawa
“permintaan” kita kepadaNya, dan Ia selalu mendengarkan segala permohonan kita.
[3]
2. Doa
Syafaat;(ἐν-τευξιϛ). Ini merupakan istilah yang paling umum untuk berkomunikasi dengan permohonan dan
permintaan syafaat kepada Allah, dan mencakup semua aspek doa dari permohonan
untuk ucapan syukur. [4]Kata
ini paling menarik di antara tiga kata yang lain karena mempunyai sejarah yang
sangat menarik. Yang mana dalam kata aslinya “menemui”, atau “berjumpa dengan
seseorang”, kemudian berkembang menjadi ‘melakukan pembicaraan akrab dengan
seseorang’, dan akhirnya mendapatkan makna khusus, yaitu memasuki hadirat raja
dan υχαmengajukan permohonan kepadaNya.[5]
Maka dari itu bahwa disini terlihat betapa pentingnya Doa syafaat didalam
kehidupan ini, bahwa Doa merupakan hal yang sangat terpenting yang harus
dimiliki oleh setiap orang yang hidup di dalam Kristus. Sama seperti Paulus
yang mengingatkan Timotius agar didalam ibadah umum mengajari dan mendorong
jemaat untuk memiliki Kuasa Doa ini.
3. Ucapan
Syukur; thanksgiving (ευχαριστια).Merupakan doa-doa yang mengungkapkan rasa
syukur kepada Tuhan. Surat-surat Paulus kepada Gereja merupakan ungkapan
bagaimana dasar ucapan syukur adalah merupakan yang harus di praktekkan.[6]
Doa tidak hanya berarti memohon sesuatu kepada Allah, tetapi bersyukur kepada
Allah atas segala sesuatu yang telah diberikan. Paulus pada masa hidupnya dia
selalu bersyukur kepada Allah didalam segala perjalanan hidupnya dalam
membritakan firman Tuhan dan pelayanannya di Jemaat-jemaat. Begitu juga didalam
kehidupan kita, banyak di antara kita berdoa untuk mengeluh, sedangkan
seharusnya untuk bersyukur. Epictetus bukan orang Kristen, tetapi seorang
filsuf Stoa; ia berkata, “Sebagai orang tua kurus yang pincang, apakah yang
dapat aku lakukan, kecuali memuliakan Allah?” Kita berhak membawa segala
kebutuhan kita kepada Allah,namun kita juga wajib bersyukur kepada-Nya.[7]
Inilah merupakan nasehat Paulus kepada Timotius yang
dimana Timotius diberikan kepercayaan oleh Paulus sesuai dengan apa yang telah
dinebuatkan tentang dirinya timotius, supaya dikuatkan untuk memperjuangkan
perjuangan yang baik dengan Iman dan hati nurani yang murni. Di mana dalam ayat
sebelumnya Paulus memberikan tugas kepada Timotius (1:18-20). Dengan 3 Doa
tersebut merupakan pesan untuk dilakukan Timotius bagi semua orang. Tentu akan
muncul pertanyaan. Siapa itu semua orang?
Untuk Raja-raja
dan untuk semua pembesar, Paulus menyebutkan ini
karena orang-orang Kristen mungkin memiliki alasan yang baik untuk membenci
mereka yang tidak mempercayai Kristen. Semua Hakim dari hari ke hari selalu
menentang Kristus.[8]Paulus
juga mengarahkan gereja-gereja untuk berdoa bagi raja dan semua pihak yang berwenang agar intruksi yang luar biasa ini
dilakukan karena pada saat itu tidak ada penguasa atau pemimpin gereja di mana
saja di dunia.[9]
Hal ini merupakan prinsip pokok doa persekutuan Kristen. Jika dilihat pada masa
kaisar dulu merupakan penganiaya dan para penguasa merupakan pihak yang
memutuskan untuk memusnahkan kekristenan. Namun, Gereja Krsiten tidak pernah
berhenti berdoa bagi mereka, bahkan ketika gereja berada dalam penganiayaan
yang paling pahit sekalipun.
Tertulianus mendesak agar bagi kaisar, umat Kristen
berdoa untuk “ umur panjang, keamanan Negara, keselamatan istana, dan anggota
senat yang dipercaya, rakyat yang jujur dan perdamaian dunia (Apologi
30).selanjutnya ia menulis: “Umat Kristen bukan musuh siapa pun, termasuk
kaisar sebab kita tahu bahwa karena ia dipilih oleh Allah, kita harus
mengasihi, menghormati, memuliakan dan merindukan keselamatannya bersama-sama
dengan seluruh Kekaisaran Romawi. Oleh karena itu kita berkorban untuk
keselamatan kaisar[10]. Gereja
pun beranggapan bahwa dengan mendoakan mereka para raja-raja dan pihak yang
berwenang maka orang-orang Kristen pada saat itu akan mendapat hidup tenang dan
tenteram. Gereja selalu beranggapan bahwa berdoa untuk mereka adalah tugas
wajib, begitu juga di dalam segala kehidupan kita pada saat ini dan juga tetap
memohonkan anugerah Allah bahkan bagi orang-orang yang penganiyaya umat
Kristen.
Perintah semacam ini sudah dikenal di dalam
Perjanjian Lama, bahkan pada masa pembuangan Babel:”Usahakanlah kesejahteraan
kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan, sebab
kesejateraan-nya adalah kesejahteraanmu (Yer 29:7). Alasan tersebut itu juga
dikemukakan Paulus dalam ayat ini :Agar
kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan.
Ini merupakan kalimat Paulus agar mereka mendoakan pemerintahan yang baik,
supaya rakyatnya memperoleh kesejahteraan. Tetapi kelebihan nasihat Paulus
adalah, bahwa doa syafaat yang ia anjurkan juga dimaksudkan untuk keselamatan
jiwa para penguasanya. Hidup tenang dan
tenteram, ayat 2 ini bukan tujuan akhir dari doa syafaat untuk para
penguasa, melainkan sarana untuk mencapai suatu hal yang lebih tinggi : dalam
keadaan sejahtera(hidup tenang dan tenteram) yang dimungkinkan oleh
pemerintahan yang baik, gereja mendapat kesempatan untuk menunaikan tugasnya
dengan baik.[11]
2. Allah
menghendaki semua orang ( 3-4 )
Dalam nats ini Paulus melanjutkan langsung untuk
menunjukkan bahwa doa untuk keselamatan semua perjanjian sesuai kehendak Allah.
Apa yang dimaksud dengan kehendak Allah?
Semua
orang diselamatkan dan memproleh pengetahuan akan kebenaran, mengapa hal
ini dilakukan? Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan.
Pertama,
Kata kerja “akan” harus dipahami dalam arti kuat sebagai menunjukkan
kehendak Tuhan. Dalam pernyataan ini terlihat bahwa tujuan Allah bagi umat
manusia itu terlihat sangat jelas dan respon manusia terhadap Injil tidak
diminimalkan dengan proses yang baik. Ini merupakan niat yang Universal
dilakukan Allah kepada manusia untuk mengetahui pertentangan antara beberapa
bentuk eksklusivisme yang terutama didalam pikiran manusia.[12]
Kedua, Kata
yang dapat diperhatikan adalah kata kerja “diselamatkan”berarti disini untuk
dipertahankan secara fisik daripada diselamatkan secara rohani dan moral.
Karena beberapa berpikir itu memiliki arti di tempat lain (2:15;4:10).
Dari hal diatas bahwa ada 2 kata yang dapat
memberikan pengertian penting bagi kita, dimana arti akan dipahami sebagai
Kehendak Tuhan dan diselamatkan dipertahankan atau dikuatkan secara fisik
daripada diselamatkan secara rohani. Oleh sebab itu memproleh pengetahuan akan kebenaran menunjuk kepada usaha
pekabaran Injil. Kata kebenaran dalam surat-surat Pastoral sering dipakai dalam
arti Kebenaran Injil (II Tim 2:25; 3:7; Tit 1:1; bdk Gal 2:5,14). Menarik untuk
dilihat, bahwa pemerintah di sini dianggap sebagai melayani perkembangan
Kerajaan Allah di dunia.[13]
Dengan hal ini Allah menginginkan agar melalui kesaksian ini semua orang dapat
diselamatkan dan memperoleh suatu pemahaman mengenai kebenaran. Akan tetapi
tidak boleh ditafsirkan sebagai berarti “telah ditetapkan” sebab tidak semua
orang selamat.
3. Yesus
sebagai tebusan (5-6)
Mengapa Yesus sebagai penebusan dikatakan dalam nats
ini? Karena Allah itu Esa pula Dia yang
menjadi pengantara antara Allah dan Manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, yang
telah meyerahkan diriNya sebagai tebusan bagi semua manusia.
Kalau melihat firman di atas dapat kita bagi untuk
memahami bagaimana Yesus dikatakan sebagai penebusan. Pertama (Karena Allah itu Esa),kata ini paling banyak kita temukan
di dalam Perjanjian Lama yang mana dikatakan didalam Yesaya 45:21,22 :
“…tidak
ada Allah selain daripadaKu! Allah yang adil dan Juruselamat, tidak ada yang
lain kecuali Aku!
Berpalinglah
kepadaKu dan biarkanlah dirimu diselamatkan, hai ujung-ujung bumi! Sebab Akulah
Allah
Dan
tidak ada yang lain.’’
Dari hal diatas bahwa keesaan Allah, Juruselamat
kita, ia sampai pada keesaan Pengantaraan : dan
esa pula Dia yang menjadi pengentara antara Allah dan manusia, Yaitu manusia
Kristus Yesus. Bukan lagi Musa yang menjadi pengentara (Gal.3:19), bukan
pula imam besar Yahudi (Ibr.8:6), maupun malaikat-malaikat (Kol.3:19) atau
aeon-aeon di dalam ajaran Gnostik, melainkan Yesus. Yaitu manusia Kristus Yesus – pengentara itu adalah sungguh-sungguh
manusia yang Kemanusiaan Yesus dititik beratkan untuk melawan ajaran Gnostik[14]. μεσιτης
(pengentara) merupakan arti dasar dari merites
yang mana adalah menghalang-halangi untuk membuat baik atau memulihkan
perdamaian dan persahabatan.[15] Thayer
juga mengatakan bahwa Kristus disebut pengantara antara Allah dan laki-laki’
karena oleh kematiannya dan mengembalikkan harmoni antara Allah dan manusia
yang berdosa atau manusia yang telah rusak. Keesaan Allah secara khusus “One
Mediator” yang menyelesaikan rencana universal Allah.
Kemudian Paulus menyatakan empat macam tentang
jabatan Kristus yang telah menyerahkan hidup-Nya menjadi tebusan bagi semua
orang. Itu berarti bahwa untuk membawa manusia kemnali kepada-Nya, Allah telah
membayar dengan kehidupan dan kematian Anak-Nya. Pertama, Ia adalah pemberita Kisah
Yesus Kristus. Pemberita adalah orang yang membuat pernyataan dan berkata: “Ini
benar” Dialah orang yang membawa pengumuman, bukan dari dirinya, melainkan dari
sang Raja. Kedua, Ia adalah saksi
atas kisah Kristus. Saksi adalah orang yang berkata : “Ini benar dan aku
mengetahuinya” dan juga berkata : “Hal ini betul-betul terjadi”. Ketiga, Ia adalah seorang utusan
(LAI=rasul). Utusan adalah seseorang yang bertugas memperkenalkan negaranya di
luar negeri. Ia ingin mengkomunikasikan cerita firman Tuhan kepada orang lain
sehingga mereka dapat menerimanya.Keempat,
Ia adalah pengajar yang membimbing orang lain agar mengerti.
4. Kesaksian
dan panggilan Paulus (7)
Kata-kata Itu
kesaksian pada waktu yang ditentukan adalah bagian dari pemikiran
theologies yang berulang kali diucapkan dalam surat-surat Paulus, yaitu bahwa
Allah sebelum permulaan dunia sudah menetapkan keselamatan dalam Yesus Kristus,
tetapi berabad-abad lamanya merahasiakn rencana itu dan baru sekarang, pada
waktu ditentukan, menyatakannya di dalam Kristus dan pemberita Injil (bdk
Rom.16:25;I Kor.2:7;Ef.3:9,10).[16]
“Untuk (kesaksian) itulah aku ditetapkan sebagai pemberita dan Rasul…”
Penekanan dan pujian Paulus atas jabatannya menunjukkan arah pemikirannya:
karena kesaksian mengenai Injil Krsitus, dan demi keberhasilan kesaksian itulah
dia mengajak orang berdoa.[17]
Berulangkali dalam surat-suratnya Paulus mengatakan bahwa ia telah ditetapkan sebagai Rasul oleh Tuhan
Yesus sendiri. Ini perlu untuk menanggapi lawan-lawannya yang senantiasa
meragukan kerasulan Paulus. Bahkan untuk memperkuat pernyataanya ini, ia
berkata yang kukatakan ini benar, aku
tidak berdusta. Dan sebagai pengajar orang-orang bukan ‘Yahudi- ini
menunjuk kepada permufakatan antar Rasul yang dicapai di Yerusalem: kepada
Paulus dipercayakan pemberitaan Injil untuk orang-orang bukan Yahudi, sedangkan
kepada Petrus untuk orang-orang Yahudi (Gal.2:7). Dalam iman dan kebenaran- isiiman,
yaitu Injil yang dipercayakan kepada Paulus dan diajarkan olehnya, adalah
satu-satunya kebenaran, yang harus di
tegakkan terhadap ajaran-ajaran sesat. Itulah sebabnya Paulus menulis begitu
banyak surat untuk membina suart-surat Pastoral untuk memantapkan ajaran gereja
terhadap ajaran-ajaran sesat.[18]
II.
PERAN
PRIA DAN WANITA DALAM IBADAH (8-15)
1. Pria
dan Doa Mereka (8)
Sebelum kita melihat Apa yang dimaksudkan dengan Pria
dan Doa mereka, maka terlebih dahulu yang harus dilihat dari Nats ini adalah: Oleh karena itu aku ingin – kata-kata oleh karena itu tidak hanya menunjuk
kepada anjuran doa dalam ayat-ayat sebelumnya, melainkan juga kepada kehendak
Paulus sebagai pengajar dalam iman dan
kebenaran (2:7) untuk memberikan pentunjuk-petunjuk itu dengan uraian
tentang sikap doa yang benar.[19]
Di sini akan dilihat tiga karakteristik universal doa umum, dari ungkapa mereka
yang negative : Dosa, kemarahan dan
pertengkaran. Maka dalam kalimat
selanjutnya dikatakan supaya di mana-mana
orang laki-laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan
tanpa perselisihan. Jadi, tidak ada gunanya untuk menadahkan tangan kepada
Allah dalam doa jika mencemarkan diri dengan Dosa.[20]
Dalam orang-orang Yahudi mereka memiliki tradisi
untuk berdoa dengan mengangkat tangan ke atas(1 Raj. 8:22;Maz.28:2;Yes1:15) dan
kebiasaan ini diambil-alih oleh orang-orang Kristen pertama. Di sini terlihat bahwa Paulus memberikan suatu
ungkapan agar setiap laki-laki yang berdoa dengan menadahkan tangan ataupun
mengangkat tangan dengan sungguh-sungguh harus dengan tangan yang suci (suci ;holy;όσίους) yang mana baik dalam
perbuatan, tanpa marah ( dalam bahasa
Yunani οργης : without wrath, di
dalam hati tanpa murka dalam
pergaulan dengan sesama manusia dan tanpa
perselisihan. Kesucian hidup di dalam Pria dan doanya ini diperlukan, agar
supaya doa-doa itu berkenan kepada Allah. Paulus juga mengingatkan orang itu
harus memperbaiki lebih dahulu hubungannya dengan orang lain, sebelum Tuhan
berkenan mendengar doa-doanya.[21]
2. Wanita
dan Perhiasan mereka ( 9-10 )
Demikian juga
hendaknya perempuan. Hendaklah ia berdandan dengan pantas, dengan sopan dan
sederhana, rambutnya jangan berkepang-kepang jangan memakai emas atau mutiara
ataupun pakaian yang mahal-mahal, tetapi hendaklah ia berdandan dengan
perbuatan baik, seperti yang layak bagi perempuan yang beribadah.
Ungkapan demikian juga merupakan ungkapan yang
meneruskan kepada kaum perempuan apa yang telah dikatakan kapada kaum laki-laki
sebelumnya, yaitu bahwa hidup mereka harus bercirikan doa dan pengabdian kepada
Injil.[22]
Bedanya ialah bahwa kesucian hidup bagi laki-laki lebih tercermin pada
aktivitas(bdk”tangan”,”marah” di ay 8), sedangkan bagi perempuan pada
penampilan yang pasif halus : Cara ia berbusana (berdandan dengan pantas,dengan
sopan dan sederhana), memangkas rambut (rambutnya jangan berkepang-kepang) dan
menghias diri (jangan memakai emas atau mutiara).[23] Paulus
mengatakan hal demikian bahwa banyak perempuan menarik perhatian mereka dengan
cara penampilan dan berpakaian dalam ibadah. Mengingat hal itu bahwa banyak
perempuan memiliki kebebasan yang tidak perlu diragukan lagi dalam hal
penampilan dan Paulus juga memberikan nasihat untuk kerendahan hati, kesopanan
dan kepatuhan, yang mana semuanya merupakan pemborosan dalam gaya rambut,
perhiasan dan pakaian. Paul tidak ingin dengan hal-hal ini, tetapi Paul
menginginkan nilai yang besar dari kehidupan saleh. Dengan kata lain perbuatan
baik harus menjadi penglihatan yang lebih dari penampilan luar.[24]
Dengan anjuran ini Paulus tidak bermaksud mengatakan, bahwa wanita tidak boleh
berbusana baik dan menghias diri, melainkan bahwa keindahan utama yang utama
dikejar adalah keindahan batin.[25]
Setiap penampilan lahiriah mencerminkan keadaan batin orang. Seperti yang layak bagi perempuan yang
beribadah mengingatkan pada 1 Petr.3:5. Maka kesucian hidup inilah
hendaknya menyertai pelaksanaan doa wanita-wanita beriman.[26]
3. Wanita
dan peran mereka ( 11-15 )
Setelah di ayat 10 Paulus membahas kesucian hidup
yang diperlukan wanita bagi pelaksanaan doa, kini dalam ayat 11,12 ia membahas
sikap yang layak bagi wanita di dalam ibadah jemaat : sikap penurut dan tidak
memerintah. Seharusnya perempuan berdiam
diri dan menerima ajaran dengan patuh[27].
Kegiatan mengajar dipandang sebagai suatu bentuk memerintah. Yang mempunyai
fungsi mengajar dan memerintah (παρ-αγγελλε
imper..παραγγελλω memerintahkan, mengatur;pres.iter.;imper.ay.11 s/d 16 dengan
arti terus-menerus atau berulang kali) di dalam jemaat adalah kaum pria.[28] Hal ini diterangkan dengan lebih jelas
oleh Paulus di 1 Kor.14:34,35 “Sama seperti dalam semua jemaat orang-orang
kudus, perempuan-perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan jemaat.
Sebab mereka tidak diperbolehkan untuk bicara”.[29]
Mereka harus menundukkan diri, seperti yang dikatakan oleh hukum Taurat, jika
mereka ingin mengetahui sesuatu, baiklah mereka menanyakan kepada suaminya di
rumah. Sebab tidak sopan bagi perempuan untuk berbicara dalam pertemuan jemaat.
Kata-kata “sebab tidak sopan” menunjukkan bahwa Paulus di dalam menntukan
kelayakan sikap wanita dalam ibadah jemaat, bertolak dari adat istiadat zaman
itu, terutama adat istiadat Yahudi. Pada dasarnya adat istiadat ini dipengaruhi
oleh pandangan theologis yang terambil dari Perjanjian Lama, yang mana hal ini
akan Nampak dalam ayat berikutnya yaitu :[30]
Ayat 13,14;Karena
Adam yang pertama dijadikan, kemudian barulah Hawa. Lagipula bukan Adam yang
tergoda, melainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa. Kalimat
yang pertama, yang memperlihatkan urutan kedua dari Hawa (Adamyang pertama
dijadikan, kemudian barulah Hawa), mengingatkan akan fungsinya sebagai
“penolong” bagi Adam (Kej.2:18) dan istilah “penolong” ini mudah
diinterpretasikan seakan-akan kedudukan wanita dari semula memang lebih rendah
dari pada pria dan wanita harus tunduk kepada pria.
Kata
“penolong: di Kej 2.18 sebenarnya berarti, bahwa Adam (dan kaum pria) mempunyai
beberapa kelemahan, sehingga perlu ditolong oleh Hawa (dan kaum wanita) yang
mempunyai kelebihan dalam hal-hal itu. Tidak benarlah bahwa hanya kaum pria
yang kuat dan perlu menolong kaum wanita yang lemah. Kedua belah pihak ada
kelemahannya dan perlu saling menolong dan saling melengkapi.[31]
Apalagi setelah manusia di Taman
Eden jatuh ke dalam dosa, maka kedudukan wanita menjadi buruk dan bergantung
pada pria. Salah satu hukuman yang menimpa Hawa yaitu dalam Kej.3:16. Kalimat
ini tidak hanya menjadi kenyataan dalam sejarah manusia, tetapi juga
dimantapkan dalam adat istiadat Yahudi. Bahwa dalam hal ini Paulus dalam
merumuskan sikap bagaimana yang layak bagi wanita di dalam jemaat, bertolak
dari adat istiadat Yahudi dan pandangan theologies yang berlaku pada zaman itu.
Tetapi tidak tepatlah, kalau orang pada zaman sekarang membenarkan pandangan
tentang kedudukan rendah dari wanita di dalam gereja dan masyarakat, dengan
ayat-ayat di atas. Paulus sendiri mengajar, bahwa Allah dengan perantaraan
Kristus telah mendamaikan manusia dengan dirinNya (II Kor.5:18) dan bahwa
Kristus telah menebus manusia dari kutuk Taurat atas dosa (Gal.3:13),juga dari
kutuk yang menimpa Hawa dan menjadikan perempuan dikuasai oleh laki-laki
(Kej.3:16).[32]
Persamaan hal antara laki-laki dan
perempuan dengan sendirinya akan timbul,manakala roh kasih dengan
sungguh-sungguh menguasai suatu lingkungan. Sebaliknya, bilamana roh kasih itu
tidak ada, maka biarpun wanita secara hukum diberikan persamaan hak dengan
pria, dalam bentuk praktek akan terjadi penguasaan dari yang lemah oleh yang
kuat.[33]
Tetapi
perempuan akan diselamatkan karena melahirkan anak, asal ia bertekun dalam iman
dan kasih dan pengudusan dengan segala kesederhanaan ( 15 ). Paulus
mengatakan bahwa bagi wanita juga ada keselamatan. Ini diungkapkannya dengan
kata-kata Tetapi perempuan akan
diselamatkan;( but women will be saved). Yang menjadi syarat untuk
keselamatan itu ialah : asal ia bertekun dalam iman dan kasih dan pengudusan. Ketekunan
ini diperlukan, karena ada perempuan-perempuan[34]
yang tidak bertekun dalam jalan keselamatan ( I Tim.5:8,11,13;II Tim.3:6).[35] Iman dan kasih disebut bersama-sama, karena mereka merupakan satu kesatuan
yang erat (bdk 1 Tim1:5). Pengudusan pun
merupakan suatu kesatuan yang erat dengan iman. Di mana oleh iman orang
dipersekutukan dengan Kristus, maka di situ ia akan hidup dalam pengudusan.
Syarat keselamatan di atas juga berlaku untuk kaum pria bukan hanya oleh kaum
wanita[36].
Dengan
segala kesederhanaan- merupkan kalimat akhir
dari nats ini, kesederhanaan di sini adalah bahwa wanita yang dianjurkan oleh
Paulus untuk memiliki iman dan pengudusan.[37]
KESIMPULAN
Dengan demikian, Paulus memberikan
suatu perintah ataupun ungkapan kepada semua Gereja dan Jemaat, bahwa betapa
pentingnya Ibadah yang baik dan Doa untuk dimiliki oleh setiap orang yang hidup
berkenan kepada Allah. Paulus juga mengatakan bahwa Pria dalam beribadah dan
berdoa harus memiliki penguasaan diri dan kudus agar ibadahanya dapat berkenan
di hadapan Allah begitu juga wanita dengan kesederhanaan dan tidak menunjukkan
kemewahan yang berlebihan dalam berpakaian dan menghiasi diri itu sangat
penting. Dalam bagian terakhir ini bahwa dengan adanya wanita maka keselamatan
itu benar-benar ada. Yaitu melalui Maria yang melahirkan Kristus sebagai
Juruselamat kita.
[1] Dr.R.Budiman. Tafsiran
Alkitab Surat-surat Pastoral 1 & 2 Timotiusdan Titus. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1989. Hal. 17
[2] Barclay William. Pemahaman
Alkitab Setiap Hari 1&2Timotius. Jakarta : BPK Gunung Mulia,2006.
Hal.91-92.
[3] Hiebert Edmond .D. The
Expositor’s BibleCommentary. Michigan : Zondervan Publishing House,1984.
Hal. 131.
[4] Towner. H . Philip. The
Letters to TIMOTHY and TITUS. Michigan : NICNT,2006. Hal. 166
[5] Opcit. Barclay William. Hal.92
[6] Opcit. Towner.H.Philip.Hal.166
[7] Barclay William. Pemahaman
Alkitab setiap hari 1 & 2 Timotius. Jakarta: BPK Gunung Mulia,2006.
Hal.93
[8] Packer. J.I. 1 & 2
Timothy & Titus CALVIN. England: Crossway Books,1998. Hal.37
[9] John Stott. The Message of
Timothy & Titus. England: Inter Varsity Press,1996. Hal.62
[10] W.Barclay. Pemahaman Alkitab
setiap hari 1 & 2 Timotius. Jakarta: BPK Gunung Mulia,2006. Hal. 94-96
[11] Dr.R.Budiman.Tafsiran Alkitab
Surat-surat Pastoral 1&2 Timotius dan titus. Jakarta:BPK Gunung
Mulia,1989. Hal.18
[12] Philip H. Towner. The Letters
to TIMOTHY and TITUS. Michigan : NICNT, 2006. Hal. 177
[13] Dr.R.Budiman.Tafsiran surat
Pastoral 1 & 2 Timotius. Jakarta: BPK Gunung Mulia,1989. Hal.19
[14] J.I.Paccker.1&2 Timothy
and Titus Calvin. England:Crossway,1998.Hal.38-39
[15] Philip H. Towner. The letters
to TIMOTHY and TITUS.England:NICNT,2006.Hal.179
[16] Dr. R. Budiman. Tafsiran
Alkitab Surat-surat Pastoral 1 & 2 Timotius dan Titus. Jakarta:BPK
Gunung Mulia,1989. Hal.20
[17] Everet F.Harrison. The
WYCLIFFE Bible Comentary. Malang:Gandum Mas,2008,Hal. 868
[18] Dr.R.Budiman. Tafsiran
Alkitab Surat-surat Pastoral 1 & 2 Timotius dan Titus. Jakarta:BPK
Gunung Mulia,1989. Hal.21.
[19] Ibid.21-22.
[20] John Stott. The Message of
1Timothy & Titus. England : Inter-Varsity Press, 1996. Hal. 82
[21] Dr.Budiman. Tafsiran Alkitab
Surat-surat Pastoral 1 & 2 Timotius.Jakarta:BPK Gunung
Mulia,1989.Hal.22
[22] Everet F. Harrison. The
WYCLIFFE Bible Comentary. Malang:Gandum Mas,2008. Hal. 868.
[23] Opcit.Dr.R.Budiman.Hal.22
[24] D.A.Carson. New Bible
Commentary. England : Inter-Versity Press,2011. Hal.1297.
[25] Opcit.Dr.R.Budiman.Hal.22
[26] Ibid.Hal.22
[27] J.I.Packer. 1 & 2 Timothy
dan Titus. England:Crossway Books,1998. Hal.47
[28] Philip H. Towner. The letters
to TIMOTHY and TITUS.England:NICNT,2006. Hal.213
[29] William Barclay. Pemahaman
Isi Alkitab setiap hari 1 & 2Timotius. Jakarta:BPK Gunung Mulia,2006.
Hal. 107.
[30] D.Edmond Hiebert. The
Expositor’s Bible Commentary. Michigan: Zondervan Publishing
House,1996.Hal.136.
[31] Dr.Budiman. Tafsiran Alkitab
1 & 2 Timotius dan Titus. Jakarta:BPK Gunung Mulia,2011.24.
[32] Dr.R.Budiman.Tafsiran Alkitab
1&2 Timotius and Titus. Jakarta:BPK Gunung Mulia,2011.Hal.24.
[33] J.I.Paccker.1&2 Timothy
and Titus Calvin. England:Crossway,1998. Hal.48-49.
[34] Philip H. Towner.The Letters
to TIMOTHY and TITUS. Michigan:NICNT,2006. Hal.234-235.
[35] Opcit.Budiman.hal.24
[36] LAI.Tafsiran Alkitab masa
kini 3 Matius-wahyu.Jakarta:Bina Kasih,2012. Hal.692.
[37] R.Budiman.Surat-surat
Pastoral 1&2 Timotius dan Titus. Jakarta:BPK Gunung Mulia,2011. Hal.
24.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar