DAFTAR ISI
DAFTAR
ISI………………………………………………………………………….….!
BAB
I PENDAHULUAN
1. Penulis……………….………………………………………………………..1
2. Tanggal
dan tempat…………………………………………………………...2
BAB
II PEMBAHASAN
I.
Tanggung jawab seorang
budak (6:1-2a)……………………………………..3
1. Seorang
budak harus hormat terhadap tuannya (2a)………………………4
II.
Kondisi manusia yang
mencari harta dunia (6b-10)…………………………...5
1. Motivasi
yang salah untuk beribadah (6: 2b-5)…………………………....6
2. Mencukupkan
diri (6-8)…………………………………………………....7
3. Akibat
cinta uang (9-10)…………………………………………………...8
III.
Nasehat untuk Timotius
dan kepada semua orang (11-21)
1. Nasehat
untuk meraih hidup yang kekal (12-13)…………………………..9
2. Taat
terhadap perintah Tuhan (ay. 14-16)…………………………………10
3. Orang
kaya tidak boleh membanggakan dirinya (17-21)…………………11
4. Nasehat
untuk memelihara kebenaran (20-21)…………………………....12
BAB
III KESIMPULAN……………………………………………………....................13
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………..!!
BAB I
PENDAHULUAN
Surat
Timotius adalah surat yang ditulis oleh Paulus kepada Timotius, anak rohani
yang dikasihinya. Tidak ada kepastian kapan surat ini dituliskan. Ada yang
berpendapat pada tahun 62-63 tetapi ada juga yang berpendapat pada tahun 65-66.
Surat ini dimaksudkan agar Timotius tidak merasa takut dan gentar sekalipun
usianya masih sangat muda. Oleh sebab itu, paulus menuliskan hal-hal yang harus
diingat dan dilakukan oleh Timotius di dalam pelayanannya di Efesus. Dimulai
dari nasehat Paulus kepada Timotius mengenai ajaran sesat dan apa yang menjadi
tugas Timotius. Paulus juga menjelaskan bagaimana seharusnya kehidupan jemaat,
juga tuntutan dan syarat-syarat bagi penilik dan diaken (pasal.1-3)
Paulus
juga mengingatkan kepada Timotius untuk
senantiasa berhati-hati terhadap pengajaran yang dilakukan, karena hal itu
menjadi hal penting dan juga Paulus
menekankan di dalam kehidupan jemaat yang sering kali menjadi masalah adalah
semua orang yang menanggung beban
perbudakan (1Tim.6:1). Paulus juga memberikan beberapa petunjuk dan nasehat
kepada parabudak untuk menghormati tuan
oleh sebab itu, penulis akan mempaparkan sikap seperti apa yang
diberikan kepada tuannya.
BAB II
PEMBAHASAN
I.
Tanggung jawab seorang
budak (6:1-2a)
Di dalam bagian ini kita melihat bagaimana Paulus secara rinci
menggambarkan apa yang seharusnya
dilakukan seseorang yang
menanggung beban perbudakan. pada ayat 6
paulus menguraikan apa tuntuntan dan syarat-syarat yang harus dimiliki seorang
yang menanggung beban perbudakan. istilah menanggung beban perbudakan di sini
berarti orang yang berada dibawah kuk perbudakan. kuk dalam bahasa aslinya
menggunakan kata ςυγος (pred.pd suby) artinya sebagai budak. maka dalam ayat ini Paulus menjabarkan apa
yang menjadi bagian perbudakan sehingga mereka menganggap tuan mereka layak
mendapatkan penghormatan. kata segala penghormatan berarti menyeluruh dan bukan
untuk sebagian saja. Paulus memberikan alasan mengapa perbudakan harus
menunjukkan sikap hormat terhadap tuan mereka yang percaya dan bukannya
mengambil keuntungan dari mereka. Karena Paulus manaruh belas kasihan kepada
parabudak dengan memakai situasi
“Jikalau engkau mendapat kesempatan untuk dibebaskan, pergunakan kesempatan
itu”. Tetapi seperti diuraikan di atas, Paulus mempunyai
pertimbangan-pertimbangan lain untuk tidak mempropagandakan penghapusan
perbudakan secara radikal. Sebaliknya, ia menganjurkan budak-budak Kristen
untuk menyinarkan terang kasih kristus dilingkungan mereka bagi kemuliaan
Allah. Mereka harus menyadari, bahwa tingkah laku yang tidak baik dari mereka
akan memberikan kesan kepada khalayak, seakan-akan budak yang menjadi Kristen
berubah menjadi orang yang tidak baik. Ini mengakibatkan, bahwa nama Allah dan
ajaran kita dihujat orang. Paulus mendidik budak-budak Kristen untuk melihat
tugas missioner mereka.
1. Seorang
budak harus hormat terhadap tuannya (2a)
Dalam ayat 2a, Paulus membahas
situasi lain, bagaimana seorang budak hormat kepada tuannya dan juga tuan orang
kristen, tuan dalam bahasa aslinya menggunakan kata δεσποτης (pred.pd suby) karna tidak jarang timbul pada budak itu
kecenderungan untuk menyegani tuannya dan menganggapnya sebagai sesama. Untuk
menghadapi keadaan ini Paulus ingin mengajarkan sikap yang wajar bagi budak
Kristen terhadap tuanya yang Kristen. Paulus memberikan alasanya karena tuan
yang menerima berkat pelayanan mereka ialah saudara yang percaya dan yang
kekasih, maka seorang budak berusahan berbuat baik kepada mereka.
Paulus juga menjelaskan dalam
Galatia 3:28, dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada
hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua
adalah satu di dalam kristus. Hal ini Paulus mengingatkan budak-budak untuk
menghargai tuannya, mencintai dan menghormati sikap baik dari tuannya.[1]
II.
Kondisi manusia yang
mencari harta dunia (6b-10)
1. Motivasi yang salah untuk beribadah (6: 2b-5)
Pada ayat sebelumnya Paulus
menasehatkan supaya parabudak menghormati tuanya. Namun dalam bagian ini Paulus
berpesan kepada Timotius: ajarkanlah dan nasehatkan semua ini. yang dimaksudkan
dengan semuanya ini ialah semua pentujuk yang diberikan diatas mengenai iman
yang sejati harus dihidupkan bagi jemaat dan pribadi. Paulus meminta Timotius untuk
meneruskan petunjuk-petunjuk itu kepada orang lain berdasarkan perkataan Tuhan
Yesus Kristus dan diarahkan kepada penghayatan iman dalam hidup sehari-hari
yang sesuai dengan ibadah kita. Iman dalam basaha aslinya menggunakan kata
πίστεως. Oleh sebab Paulus menunjukkan kelemahan-kelemahan
guru-guru sesat, yang telah ia kritik di 1 Tim. 1:4-6, mereka (berlagak atau
padahal) tidak tahu apa-apa karena mereka tidak sampai pada inti agama Kristen
yaitu kasih (1 Tim 1:7). Menurut Warren
W. Wiersbe mengatakan: pengajaran sesat itu tidak rendah hati, ia seorang yang
berlagak tahu; padahal ia tidak memiliki apa-apa yang pantas disombongkan sebab
ia tidak tahu apa-apa[2]. Kecenderungan
guru sesat itu bagaikan penyakit (lawan dari sehat), yang mencari-cari soal dan
bersilat kata, kata berlagak dalam bahasa Yunani adalah τε-τυφωται: “menyombongkan diri, berlagak
tahu”, menunjukkan bahwa mereka menggap dirinya lebih pintar dari pada orang
lain. Dalam suana semacam inilah mereka memandang yang lain rendah jika timbul
dengki, cidera, fitnah, curiga di situ mereka cenderung untuk mencari kesalahan
dan berprasangka terhadap orang lain. Pendangan ini di dukung
oleh Everett F. Harrson : Guru-guru sesat
cenderung berlagak tahu, kata ini melakukan ide
tentang pada keangkuhan dan merupakan puncak kebodohan atau tidak tahu apa-apa [3].
jadi paulus secara tegas
memberitahukan kepada Timotius bahwa sifat-sifat
ajaran sesat dan orang-orang berlagak tahu yang mencari kesalahan orang lain. Dalam
ayat 5 guru-guru sesat itu dipandang sebagai orang-orang yang tidak lagi
berpikiran sehat dalam bahasa aslinya menggunakan kata έτερο-διδασκαλεω (imper.pres)
berarti mengajarkan ajaran lain (yang
palsu) karena budinya tidak berfungsi baik lagi. Oleh karena itu, inti hidup
mereka telah dirusak oleh dosa mereka tidak melakukan ibadah mereka dengan
motivasi yang baik, melainkan dengan egois : untuk mencari kehormatan atau
untuk mencari keuntungan materiil (mengira ibadah itu adalah sumber keuntungan
dalam bahasa aslinya menggunakan kata πορισμος).
2. Mencukupkan
diri (6-8)
Paulus meneruskan apa yang telah
dibicarakan diayat 5 ia kemukakan sikap materialistis guru-guru sesat yang
mencari keuntungan materiil dari ibadah mereka. Diayat 6, dikatakan memang ibadah kalua disertai rasa cukup,
memberi keuntungan besar, tetapi yang maksud Paulus keuntungan disini bukan terfokus
pada kebutuhan jasmani, tetapi kebutuhan
dalam rohani, seperti yang telah
diuraikan di 1 Tim 4:8 ibadah itu
berguna dalam segala hal, karena mengandung janji baik untuk hidup ini maupun
untuk hidup yang akan datang. Ini menunjukkan bahwa rasa cukup tidak merupakan
syarat untuk memperoleh keuntungan rohani, melainkan akibat dari keuntungan. Rasa cukup dalam bahasa aslinya mengguakan
kata αυταρκεια berarti rasa cukup dengan apa yang ada pada dirinya, tanpa
membutuhkan pertolongan dari orang lain. Pada
ayat 7-8 Paulus memberikan alasan sebab kita tidak membawa sesuatu apa-apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa
apa-apa ke luar asalkan ada makanan dan pakaian, cukuplah. Paulus menegaskan
rasa cukup dalam arti diwujudkan dengan sikap sudah pausnya orang itu, kalau ia
sudah memperoleh makanan dan pakaian. Pakaian
dalam bahasa aslinya σκεπασματα yang
secara harafiah berarti: penutup.
Ini tidak hanya mencakup pakaian (alat penutup tubuh), melainkan juga tempat
tinggal (atap). Paulus menjelaskan supaya mereka mencukupkan diri dalam segala
hal karna dalam Filipi 4:11 Paulus mengatakan “sebab aku telah belajar
mencukupkan diri dalam segala keadaan”. Jadi, kalau orang sudah memperoleh
sandang pangan dan tempat berteduh yang diperlukan sudahlah memandai.[4]
3. Akibat
cinta uang (9-10)
Paulus tidak semata-mata mengecam
orang-orang kaya, melainkan mereka yang ingin kaya. Keinginan itu memusatkan
perhatian dan perjuangan mereka kepada kerkayaan materiil dan melupakan
kekayaan lain. Orang-orang semacam itu mudah terjatuh ke dalam pencobaan, ke-jerah
iblis, karena iblis menawarkan kekayaan itu melalui cara-cara yang tidak halal
(bdk Mat 4:9). Dalam ayat. 10 uang itu pada diri tidak mengandung dosa, karena
dengan uang orang dapat berbuat baik, (Luk. 8:3), tetapi cinta uang adalah akar
(dalam bahasa Yunani ριςα) segala kejahatan. menurut Warren W. Wiersbe
mengatakan: orang yang bergantung pada benda-benda materi untuk memperoleh
sejahtera dari jaminan, tidak akan pernah puas karna benda-benda materi itu
akan kehilangan daya tari mereka.[5] Paulus
menegaskan bahwa cinta uang dapat dengan mudah membawa seseorang pada cara yang
salah untuk mendapatkannya, dan dengan demikian, pada akhirnya, menuju pada penderitaan
dan penyesalan. Cinta uang menyiksa dirinya dengan bergai-bagai duka (seperti
menusuk dengan pisau). Berbagai-bagai duka itu berwujud : penyesalan,
kekecewaan, kehilangan ketetraman hati, pelbagai pengalaman yang menyedihkan
sebagai akibat dari perbuatan dosa.
III.
Nasehat untuk Timotius
dan kepada semua orang (11-21)
Sebagaimana dalam ayat 6-8 Paulus khususnya mengecam guru-guru sesat, tetapi
secara umum melibatkan semua orang Kristen yang cinta uang, demikian juga dalam
ayat 11, Paulus khususnya menunjukkan nasehatnya kepada Timotius (engkau),
tetapi nasehat itu secara umum juga berlaku semua orang Kristen. Istilah
manusia Allah pertama-tama menunjukkan kepada Timotius, yang dipanggil menjadi
hamba Tuhan (bdk ayat. 12,13). Ibadah hidup berkenan pada Allah yaitu hidup
yang merupakan penghayatan iman dalam kata-kata dan perbuatan. (1 Tim, 4:7).
Kesetiaan di dalam perjuangan untuk kerajaan Allah mereka harus dapat diandalkan. Kasih bersifat
utama dalam penghayatan iman Kristen (bdk 1Tim1:5). Kesabaran lebih tepat :
ketekunan. Di dalam perjuangan orang Kristen dibutuhkan ketekunan, jangan
cepat-cepat orang itu putus asa. Kelemah lembutan bersikap sabar terhadap orang
lain, dapat mengampuni. Menurut Dianne Bergant: Timotius adalah abadi Allah,
bukan untuk mencari uang, ia mencari
keutamaan yang membangun jemaat, seperti kesalehan, iman, pelayanan kasih,
ketekunan dan kelemah-lembutan, ajaran yang sejati tidak memecah-belah jemaat
dan tidak menyebabkan kesombongan. Tugas Timotius adalah saksi setia Kristus
memberitakan Injil.[6]
1. Nasehat
untuk meraih hidup yang kekal (12-13)
Paulus suka menggunakan
ilustrasi-ilustrasi dari dunia olah raga (1 Kol 9:24-26), perjuangan yang
harus dilakukan orang Kristen disebut
pertandingan iman, karena iman adalah yang memberikan kekuatan untuk perjuangan
itu dan iman adalah sekaligus kekayaan yang harus dipelihara dalam pertandingan
itu II Tim 4:7, Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai
garis akhir dan aku telah memelihara iman. Pertandingan iman itu disebut pertandingan
yang benar (dalam bahasa Yunani άγω-νισου, imper,present artinya: bertanding,
berjuang terus-menerus), karna ada perjuangan-perjuangan lain yang tidak baik, Misalnya yang
memperjuangkan seperti yang dilakukan oleh guru-guru sesat (I Tim 6:5) rebutlah
hidup yang kekal berarti : raihlah hidup kekal sebagai piala kemenangan dalam
pertandingan itu (Fil 3:14). Untuk menghilangkan kesan seakan-akan manusia
dapat memperoleh hidup kekal dengan usahannya sendiri, Paulus menambahkan :
Untuk itulah engkau telah dipanggil. Tuhanlah yang dalam anugrah-Nya memanggil
manusia kepada hidup yang kekal ( I Tes 2:12, Ef 3:7,20), dan telah engkau
ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi, hal ini menunjuk kepada
baptisan Timotius. Pada kesempatan ini Timotius mengaku imanya di depan banyak
saksi (bdk Rm 10:9) dan mengucapkan janji untuk mengikut Yesus dengan setia.
Maka dalam ayat 12 ini Paulus mengingatkan Timotius akan peristiwa akan
perjuangan iman dan meraih hidup kekal, karena ia telah dipanggil untuk itu, ia
telah mengikrarkan iman dan janji-janji pada saat itu. Apa yang dikatakan di
aya 12 ini berlaku untuk semua orang percaya (bdk II 4;7,8). Tetapi pelaksanaan
perjuangan iman itu dalam hidup perseorangan orang Kristen berbeda-beda menurut
tugas panggilan hidupnya masing-masing. Dalam ayat. 13 dengan dihadapan Allah
dihadapan Kristus Yesus Paulus menggil Allah dan Kristus sebagai saksi untuk
apa yang dikatakan.
Ungkapan ini memberikan tekanan
berat atas permintaan berikut (kuserukan kepadamu). Allah yang memberikan hidup
kepada segala sesuatu kata-kata ini tidak hanya menunjuk kepada Allah
Al-Khalik, melainkan juga kepada Dia yang memberi hidup baru Roma 6:4 atau
Efesus 2:5 yang memampukan orang untuk melakukan perjuangan iman. Timotius
tidak perlu bimbang tentang kemampuan itu kristus Yesus yang telah mengikrarkan
ikrar yang benar dimuka Pontius Pilatus, Yesus bersaksi tentang kebenaran yang
sejati. Yesus dipakai sebagai teladan
dan untuk menguatkan tekad Timotius, bila ia bersaksi tentang kebenaran iman
ditengah-tengah perlawan-perlawanan.
2. Taat
terhadap perintah Tuhan (ay. 14-16)
Perintah ini menunjukkan kepada
pemberian tugas pembinaan iman jemaat yang dipercayakan kepada Timotius (1Tim.
1:5,18), terutama pembelaan iman yang benar ditengah-tengah ajaran-ajaran yang
sesat. Dengan tidak bercacat dan tidak bercelah, tidak hanya isi harus
dipertahankan semurni-murninya, melainkan juga perjuangan itu harus memakai
cara-cara yang baik, sesuai dengan hati yang baik (1 Tim. 1:18-19). Hingga pada
saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diri-Nya tugas itu selesai pada saat
Tuhan Yesus datang kedua kalinya (menyatakan diri-Nya) dan meminta
pertanggungjawab dari semua hamba-Nya tentang tugas yang mereka laksanakan (bdk
1 Kor. 3:13;4:4,5 2Kor 5:10.) Dalam ayat 15 ini menggambarkan kemuliaan
kedatangan Yesus yang kedua kalinya yang mahamulia (penuh bahagia) dan mahakuasa
(penguasa yang satu-satunya dan raja di atas segala raja dan tuan di atas
segala tuan). Mengingat masa depan yang mulia itu Timotius tidak perlu takut
menghadapi bahaya dan ancaman apapun. Dalam ayat 16 ini lebih memperlihatkan
lagi kemahamuliaan Allah. Rangkaian kepujian bagi Allah mencapai puncaknya,
ketika Paulus mengakhiri doxology itu dengan kata-kata bagi-Nyalah hormat dan
kuasa yang kekal sama seperti di dalam jemaat Kristen pertama doxology semacam
itu diakhiri dengan Amin.
3. Orang
kaya tidak boleh membanggakan dirinya (17-21)
Paulus kembali lagi pada masalah
kekayaan yang telah dibahas dalam ayat 9-14. dalam ayat 17, Paulus perkata
kepada Timotius untuk memberikan peringatan kepada orang-orang kaya di dunia
ini artinya; mereka kaya hanya di dunia ini. Tetapi mereka miskin di dunia yang
akan datang, mereka tidak kaya dihadapan Allah. Paulus mengutip di dalam injil
Lukas 12:21, demikialan jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi
dirinya sendiri, jika ia tidak kaya di hadapan Allah. Menurut William Barclay
mengatakan bahwa : Mereka jangan tinggi hati tidak ada alasan bagi orang-orang
itu untuk meninggikan diri, karena kekayaan mereka hanya sementara saja. Jangan
mereka berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, Ini mengingatkan
kita pada Matius 6:20, tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga
ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar harta serta
mencurinya.
Dengan
demikian Paulus menyebut dua alasan mengapa orang jangan berharap pada kekayaan
materiil : kekayaan itu berlaku untuk dunia ini saja, kekayaan itu pun tidak
senantiasa bisa diandalkan. Melainkan (berharap) pada Allah yang dalam
kekayaan-Nya memberikan kepada kita harta yang berkelimpahan. Karna kekayaan di
dunia ini dapat mengecewakan, dapat dirampas
atau hilang karena ada sebab-sebab lain. Tetapi barang siapa berharap pada
Allah yang merupakan sumber kekayaan dan segala berkat, tidak akan dikecewakan Matius
6:33, “tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu
akan ditambahkan kepadamu”. Hal ini Paulus mengacam pantangan-pantangan dari
ajaran sesat[7].
Tuhan telah menciptakan dan memberikan segala sesuatu untuk dinikmati oleh
manusia. Dalam ayat 18. Sebaliknya, ia
menulis apa yang mereka lakukan: berbuat baik dengan kekayaan mereka, dan
menjadi kaya dalam kebijakan. Dengan melakukan kebijakan-kebijakan itu mereka
mengumpulkan kekayaan yang sejati di sorga (Mat. 6:20). Perbedaan antara suka
memberi dengan membagi adalah di dalam
membagi sipemberi tidak sekedar memberi, melainkan ia berdiri disamping orang
yang membutuhkan, ikut merasakan dengannya dan membagi dari miliknya kepada
orang lain. dalam ayat, 19. Paulus
kembali mengingatkan ucapan Tuhan Yesus, Matius 6:20 ”kumpulkanlah bagimu harta
disorga”. Yang dimaksudkan dalam ayat ini, ialah bahwa dengan melakukan kebajikan
dan perbuatan baik orang percaya meletakkan dasar yang baik untuk memperoleh
hidup yang kekal (hidup yang sebenarnya).
4.
Nasehat untuk memelihara
kebenaran (20-21)
Dalam ayat 20, dengan menyapa hai
Timotius, pada akhir surat ini Paulus ingin meminta perhatian sacara khusus
dari Timotius untuk hal yang berikut. Peliharalah dalam bahasa bahasa Yunani φυλαξον
aor. Imper. φολασσω artinya : menjagalah, memelihara. Apa yang telah dipercayakan
kepadamu ungkapan ini juga dipakai juga dipakai (1Tim. 1:11, 2Tim 1:14; 2:2)
wujud dari apa yang dipercayakan itu dapat disimpulkan dari isi surat-surat
pastoral yaitu; injil dan pemberintaannya serta pembinaan jemaat dalam
menghayati imannya kepada Yesus, baik dalam ajaran maupun didalam kelakuan,
baik untuk perseorangan maupun untuk kehidupan jemaat. Kata jagalah menunjukkan
betapa pentingnya Paulus menanggap tugas melindungi injil terhadap
seranga-serangan ajaran sesat. Generasi-generasi penerus harus senantiasa
menjaga kemurian Injil. Sebab Ajaran sesat itu disebut tidak suci, karena
sekalipun mengunakan kata-kata yang suci, isinya melawan kesucian injil. Pada ayat 21, Paulus menegaskan para pengajar ajaran sesat itu disebut
mengimpang dari iman, bukan saja karena ajaran mereka menyimpang dari kebenaran
injil melainkan juga karena cara mengajar mereka tidak sesuai dengan sifat
Injil kekuatan Injil terletak di dalam penghayatannya dalam hidup dan bukan
dalam sistim pemikiran dan kata-kata yang indah (bdk Roma 1:16), kata kamu
ditulis dalam bentuk jamak menunjukkan bahwa sekalipun surat ini ditulis kepada
Timotius dimaksudkan juga supaya dibacakan oleh jemaat. Apa yang ditulis tentang iman dan penghayatan perlu diketahui
oleh seluruh jemaat. Menurut Donald Guthrie mengatakan bahwa kasih karunia
menyertai kamu adalah bentuk khas salam Kristen yang dipakai oleh Paulus
mengakhiri suatu surat kirimannya.[8]
BAB III
KESIMPULAN
Dalam 1 Timotius 6:1-21, Paulus menasehatkan
parabudak untuk lebih menghormati tuan
mereka sendiri yang berjerih payah membantu mereka untuk mengajar. Paulus
memberikan nasehat atau tugas kepada Timotius untuk memberitakan Injil, dan
meluruskan pikiran orang-orang yang
beranggapan bahwa ibadah itu adalah suatu keuntungan bagi mereka. Paulus juga
mengingatkan kepada Timotius untuk berhati-hati terhadap pengajaran ajaran sesat, paulus
menekankan kepada Timotius untuk menjauhkan segala kejahatan yang tidak berkenan
dalam ibadah. Paulus mendorong Timotius untuk mengejar keadilan dalam ibadah,
kesetian, kasih, kesabaran dan kelembutan. Timotius juga harus bertanding dalam
pertandingan iman yang benar dan merebut hidup yang kekal dengan memeliharanya
dalam hati apa yang telah dipercayakan kepadamu oleh Tuhan.
Daftar
pustaka
Harrison F.
Everett
2008,
The Wycliffe Bible Commentary
Barclay William,
2006. pemahaman Alkitab setiap hari
Surat 1&2 Timotius, Titus, Filemon
Guthrie Donald,
1974, tafsiran Alkitab Masa kini
Dr.R Budiman
2008, Surat-Surat Pastoral 1&2 Timotius dan Titus
Bergant
Dianne
2002, Tafsiran Alkitab perjanjian
baru
Wiersbe
W. Warren
2000, Setia di dalam Kristus
[2] Warren W. Wiersbe, Setia di
dalam Kristus ( Bandung: Yayasan kalam hidup, 2000) hl.92-9
[4] Budiman, 60
[5] Warren W. Wiersbe, hl.95-96
[6] Dianne Bergant Tafsiran
Alkitab perjanjian baru (Jakarta: Kanisius, 2002). Hal 395
[7] William
Barclay, pemahaman Alkitab setiap hari
Surat 1&2 Timotius, Titus, Filemon (Jakarta: Gunung Mulia, 2006). Hal
190
[8] Donald
Guthrie , tafsiran Alkitab Masa kini (Tafsiran Alkitab masa kini,(Jakarta:
yayasan komunikasi bina kasih 1974,) hal. 702